Ketika sebuah janji hanya berujung janji,
Mungkinkah cinta masih bisa memaklumi untuk kembali?
Ketika sebuah ucapan hanya ucapan belaka,
Mungkinkah hati mampu membendung balada kecewa?
Akan ada saat dimana kita mampu melepas sebuah janji,
Bukan karna kita sudah tak saling memiliki.
Akan ada saatnya dimana kita mampu saling merelakan,
Bukan karna kita tak sudah saling membutuhkan.
Namun, karna hanya ingin menghargai hati.
Memberi ruang untuk mengenali diri,
Namun, karna hanya ingin membawa pergi hati,
Bukan untuk dibagi,hanya untuk diobati.
Ketika waktu tak mampu lagi mempersatukan,
Maka, bertahan dan menahan akan menjadi sebuah pilihan.
Bertahan dengan kepalsuan,
Atau menahan dengan keegoisan?
Cinta, tak bisa membunuh waktu.
Sekalipun kita mampu melawan waktu.
Cinta, tak bisa lari dari kenyataan.
Sekalipun kita mampu berlari ratusan kilometer dari kepahitan.
Karna cinta yg tulus tidak selalu mulus.
Minggu, 14 Juni 2015
Rabu, 10 Juni 2015
Hadiah Kedua .
Saya pernah berfikir, bahwa suatu hari nanti saya tidak bisa
merasakan kembali kebahagiaan setelah beberapa pengalaman mengajarkan saya
untuk rela membagi kebahagiaan saya dengan orang lain, lebih tepatnya
melepaskan apa yang pernah saya miliki.
Saya pernah berfikir, apakah setelah pengalaman itu saya
masih berani jatuh cinta dan menitipkan hati kecil saya ini kepada pria lain?
Apakah saya sudah siap untuk kembali kecewa, bahkan kenyang memakan janji-janji
manis yang terlalu sering mereka umbar kesana kesini?
Saya pernah berfikir, apakah saya juga sudah siap mencintai?
Memulai semuanya dari titik paling pertama,membangun kembali apa yang sudah
pernah saya bangun bersama mereka yang mungkin memang bukan jodoh saya? Karna
saya sendiri pun tidak mengetahui siapa sejatinya jodoh saya.
Saya pernah berfikir, apakah saya akan menjadi lebih kuat
dan tegar? Ketika saya harus kehilangan orang yg pernah menjadi bagian dari
hidup saya? Apakah saya akan berhenti menangisi hal yang sia sia yang berujung
pada sebuah penyesalan?
Ya, semua pertanyaan itu bermula dengan kalimat “Apakah saya
sudah siap?” lantas, jalan cerita saya menjadi lebih berwarna ketika semua
pikiran saya gugur.
Untuk saat ini, saya memiliki kebahagiaan saya, dicintai
dengan tulus oleh kedua orang tua saya dan seseorang.
Untuk saat ini, saya berani untuk jatuh cinta dan menitipkan
hati saya pada seorang pria yang selalu saya rindukan. Saya berani menitipkan
hati kecil saya tanpa ada rasa ragu untuk dibagi.
Untuk saat ini, pertama kalinya saya merasa percaya bahwa
saya tidak perlu lagi ragu menyimpan harapan, saya tidak perlu lagi memikirkan
bagaimana nanti suatu saat ketika saya kehilangan, walaupun saya tidak bisa
melawan takdir jika lah nantinya saya akan berhadapan dengan kehilangan untuk
sekian kalinya.
Saya berterimakasih, saat saat saya dipertemukan olehnya. Dipertemukan
oleh seseorang yg senyumnya begitu manis.
"Soul
mates aren't perfect people. They can come into your life and provide polar
emotional experiences from intense love to intense pain. Growth comes from
both. And a soul mate helps you grow. It isn't just "...and they lived
happily ever after" but "...and they lived!" ~ From my mentor ~
Lori Chidori Phillips”
Langganan:
Postingan (Atom)