Hidup, tidak melulu soal cinta. Kebahagiaan,
tidak melulu soal jatuh cinta, atau perasaan yang kita miliki terhadap
seseorang terbalaskan. Rasa sedih yang kita rasakan tidak melulu karna patah
hati ditinggalkan kekasih, bila kita mau membuka mata, kita akan melihat
bagaimana hidup yang sesungguhnya, bagaimana bahagia yang sesungguhnya, begitu
berarti.
Saya, belajar dari pengalaman. Beberapa bulan
lalu saya dan teman-teman mendapat tugas dari sebuah lembaga untuk mengambil
pengumpulan data. Program itu terlaksana selama tujuh hari. Dimana kami,
ditugaskan ke beberapa wilayah yang kami sering lewati, tetapi apa? Wilayah yang
kami lewati sesungguhnya tidak seperti yang kami lihat, banyak pelajaran yang
saya ambil dari pengalaman tujuh hari tersebut.
Pertama, saya ditugaskan ke wilayah A. Wilayah
ini cukup terkenal dan mudah dijangkau. Saya mulai mencari rumah-rumah yang
pintunya terbuka untuk dilakukan pengambilan data, jujur hanya beberapa rumah
saja yang mau menerima kami masuk dan bertanya-tanya seputar tugas kami, bahkan
beberapa dari mereka ada yang memberikan kami minum, menawarkan makan dan lain
hal yang membuat saya pribadi merasa tersentuh.
Saya berjalan pukul 2 siang, tepat
disuatu perumahan yg kami tidak sebutkan namanya, dari duapuluh rumah lebih
yang kami hitung hanya ada satu/dua pintu saja yang mempersilahkan kami masuk,
sisanya kami hanya dibiarkan memanggil mereka didepan pagar yang tergembok,
bahkan ada yang pura-pura tidak mendengar panggilan kami dan ngeloyor begitu
saja. Kami pun berlalu, tak ingin membuang waktu kami berpindah wilayah ke
wilayah sebelah. Betapa kagetnya saya, ketika kami berada di wilayah sebelah
yang pada umumnya mereka hidup biasa-biasa saja, kami diperlakukan sangat baik,
baik sekali menurut saya. Atmosfir perbedaan sangat terasa, bagaimana mereka
menjawab salam kami, menanyakan keperluan kami, bahkan menumpahkan kekesalan
mereka berharap kami mampu menyampaikan ke pihak yang lebih atas, kami benar
benar diperlakukan layaknya keluarga mereka, tak jarang kami tak hanya bertanya
seputar tugas kami, kami juga membagi cerita kepada mereka. Pelajaran yang saya
dapat dihari pertama adalah; jangan melihat seseorang dari status sosial
mereka.
Hari kedua, penelitian di daerah A sudah
hampir memenuhi target, hari ini kami turun lebih awal. Hari ini, kami kembali
menelusuri beberapa rumah-rumah yang sudah kami tandai sebelumnya, berjalan
kaki dengan cuaca yang lumayan panas, mencari rumah yang belum kita datangi. Alhamdulillah,
penelitian dihari kedua sudah rampung 75% dan kami berniat melanjutkan
penelitian ke daerah B dihari ketiga, hari ini kami pulang lebih awal. Pelajaran
dihari kedua; mencari uang tidaklah mudah, kita harus berusaha sekeras mungkin,
lebih banyak belajar dan jangan sesekali meremehkan lapangan dan orang-orang
disekitar kita karna dari merekalah kita banyak belajar.
Hari ketiga, diwilayah B. Hari ini kami
pergi lebih awal, pukul 09.00 kami sudah berada di TKP menyusuri jalan jalan
setapak yang hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki (ada beberapa tempat yang
bisa dilalui dengan kendaraan bermotor juga). Sampai disebuah gang, gang xx. Awalnya
kami melakukan pendataan dengan mendata rumah rumah dan menomori rumah rumah
yang ada, kami melihat situasi yang masih kekeluargaan, banyak anak-anak kecil
bermain diluar, mamang-mamang bakso, mamang penjual es krim jaman sd, ibu-ibu
ngerumpi dibawah pohon, intinya situasi yang jarang kita temui di sekitar
tempat tinggal kita. Pelajaran hari ini; bahagia itu benar-benar sederhana.
Hari keempat, setelah dihari ketiga kami
melakukan pendataan terhadap warga yang tinggal disana, ada satu pelajaran
berharga. Saya menjumpai seorang nenek-nenek mungkin umurnya sekitar 75 tahun
atau 80 tahun. Miris, nenek-nenek itu tinggal sendirian dengan kondisi rumah
yang sering banjir jika hujan turun, tidak ada saya melihat anak ataupun cucu
yang menemani nenek tersebut. Dua hari, terhitung sejak kemarin ketika saya
sibuk melakukan pendataan, saya melihat nenek itu hanya duduk dikursi plastik
didepan pintu rumahnya, sesekali beliau turun kehalaman membersihkan daun-daun
yang jatuh dan membakarnya, sesekali ada tetangga yang mengajaknya ngobrol. Ketika
magrib tiba, rumahnya terlihat begitu sepi, rasanya sedih. Harusnya dihari tua
beliau tinggal bersama anak dan cucunya, bukannya hidup sendirian, semoga nenek
selalu diberi kesehatan, amin. Pelajaran dihari keempat; janganlah kita
meninggalkan kedua orang tua kita, apapun kondisi mereka, jika pada saat kita
kecil mereka mau membawa kita kemanapun mereka pergi, maka kelak ketika mereka
sudah menua, bawalah mereka tinggal bersama dengan kita.
Hari kelima, hari ini penelitian
diwilayah A dan B sudah benar-benar hampir selesai. 90% pendataan sudah
terselesaia kan. Begitu banyak hikmah yang saya peroleh dari kegiatan ini,
bahwasanya hidup tidak selalu semudah yang kita bayangkan, , masih banyak orang
diluar sana yang bertahan untuk meneruskan kehidupan mereka. Bahwasannya kebahagiaan
bukanlah hanya tentang cinta yang terbalaskan, melainkan mereka yang masih
sanggup membawa sebungkus nasi untuk keluarga dirumah. Bahwa kesedihan bukanlah
persoalan patah hati atau huru hara kisah-kisah cinta anakk remaja. Jika kita
mau membuka mata, maka kita akan melihat lebih jauh tentang kehidupan. Bahwa kita terlalu banyak menuntut kehidupan. belajarlah untuk lebih bersyukur :)
Jangan lupa bersyukur ya gengs :))