Minggu, 26 Januari 2014

Caraphernelia

Sebuah cinta, bisa datang kapan saja dan dimana saja, kepada siapa saja bahkan dengan orang yang tidak terduga. Begitu juga dengan sakit hati, setelah mengenal patah kemudian harus hidup bersama sebuah kenangan yang terkadang menyakitkan.

“Adelia, silahkan lanjutkan pekerjaan mu yang tertunda kemarin” lembaran kertas deadline berserakan diatas meja yang tak pernah disentuh hampir sebulan. Tanpa banyak berkata, Adel berusaha membereskan ratusan kertas yang menumpuk. Sama seperti ia harus membereskan ratusan kenangan yang terlanjur berserakan memenuhi ruangan hatinya.
“Mikirin apa sih Del? Melamun terus” tegur Mella yang kemudian duduk diatas meja tempat dimana kertas itu belum beres sama sekali. Sesekali Mella membereskan kertas yang berserakan diatas meja Adel, menumpuknya kemudian memindahkan kertas itu diujung meja didekat vas bunga.
“Engga kok Mel, cuma belum bisa bagi konsen aja pagi ini,”
“Butuh teh atau kopi? Aku pesenin ya?”
“Engga usah Mel, aku hanya butuh istirahat”
“Sampai kapan mau istirahat Del? Sampai kapan mau terus terusan terpuruk?”
Adel hanya bisa tertunduk diam, sesekali jemarinya menyentuh keyboard laptop mengetik beberapa kata, kemudian berhenti dalam kurun waktu yang cukup lama. Lima menit sekali, ia baru kembali menyentuh keyboard, kemudian terdiam dan hanyut bersama lamunan.
“Hidup, harus bisa menerima kenyataan Del, bukan berarti setelah hujan tidak ada pelangi, tidak semua penyakit tidak ada obatnya, kebahagiaan tidak selamanya pergi, ia akan menemui mu kembali”
“Sampai kapan Mel? Sampai aku sudah sama sekali tidak menemukan kebahagiaan?”
“Bersabarlah…”
Rasanya sakit hati adalah pengalaman terburuk disetiap indahnya jatuh cinta. Rasanya kebahagiaan setelah jatuh cinta harus di bayar mahal dengan sakit hati, rasanya tidak ada artinya kebahagiaan yang dirajut hanya dapat menjadi kenangan, begitu sakit jika pada akhirnya kita harus menerima, melapangkan dada bahwa kita harus hidup bersama kenangan, walau hanya sementara.
“Tapi Mel, apa ini semua akan berakhir?”
“Bersabarlah Del, semuanya akan berakhir dengan kebahagiaan. Lebih baik saat ini selesaikan saja pekerjaanmu, sudah terlalu lama kamu menunggu”
“Tapi ini semua terlalu berat untuk dilewati..”
“Tuhan, tidak akan pernah memberi umat-Nya cobaan jika kita tidak mampu, percayalah Del semuanya akan baik-baik saja”
Andai luka tak pernah ada, mungkin cerita tak bisa sederhana, selalu ada liku diantaranya selalu ada diam dan beku setelahnya. (bersambung di part II)

Minggu, 19 Januari 2014

Lalu bagaimana Rindu?


Bila rindu,
Katanya menyiksa jika dibiarkan disangkar,
Bila rindu
Katanya menyiksa bila menyerang.

Kata rindu,
Ia mungkin bahagia,
Kata rindu,
Ia sangat sederhana, bagaimana denganmu?
Kata rindu,
Ia rindu suara,
Kata rindu,
Ia rindu nada.

Namun rindu tak pernah sendu,
Karna rindu selalu merdu,
Walau kadang sering beradu,
Dalam ego yang menjadi satu.
Karna rindu tak pernah marah,
Walau kadang tak searah,
Karna rindu selalu punya ruang,
Walau kadang rindu itu terbuang.

Rindu tak pernah menyalahkan hati,
Walau kadang ia tak peduli,
Karna rindu tak pernah menyalahkan waktu,
Walau kadang waktu harus membuatnya beku.

Lalu bagaimana rindu?
Apakah tetap biru?
Lalu bagaimana rindu?
Yang selalu dimadu?

Sabtu, 11 Januari 2014

Setelah patah (hati).


Setelah patah hati,
Kadang masih ada bagian hati yang terluka,
Kadang masih ada bagian hati yang bahkan mati,
Didera luka, yang cukup lama.

Setelah patah hati,
Segala lembar cerita akan berganti,
Entah mereka yang akan pergi,
Atau duka yang membawanya berganti.

Setelah patah hati,
Ada bagian hati yang masih bertahan,
Ada bagian hati yang pergi,
Setelah patah hati.

Bahagia,duka terlewati begitu saja,
Tawa,tangis pergi tanpa sengaja,
Walau kadang jejak luka masih ada,
Tetapi kekuatan cinta tak berhenti begitu saja.

Walau senja kadang tak jingga,
Cenderung merah dibalut luka,
Walau pelangi kadang tak utuh,
Namun hujan selalu riuh.

Setelah patah hati,
Senja itu berwarna jingga,
Pelangi kembali utuh,
Hujan dengan riuh bahagianya,
Hati dengan kesiapannya untuk mencinta.
 

Anindyamalini Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template