Kamis, 30 Mei 2013

Lelaki paruh baya dan sepeda tua

jadi, ceritanya ini bukan cerita tentang kegalauan, atau segala macamnya, well ini posting  pertama aku mungkin, tentang kehidupan sosial.

tadi siang, sekitar pukul 14:00 waktu indonesia bagian barat, yang belum berubah hatiku tiba-tiba ... melihat keadaan
dimana, ada seorang lelaki paruh baya, katakan mungkin umurnya sekitar 70-an yang dengan kekeh mengayuh sepedanya hingga berhenti disebuah gerobak yang menjual es tebu siang hari ini.
lelaki paruh baya itu menggunakan celana pendek, berwarna coklat muda yang sedikit sudah robek dibagian bawahnya dan paduan kaos bergaris-garis coklat yang sudah hampir usang bahkan terlihat sudah kotor.
dengan sepedanya, lelaki itu berhenti didepan sebuah gerobak es tebu di depan sebuah sekolah swasta di kawasan ayani siang hari ini.
ia meminta kepada ibu-ibu penjual es tebu untuk membuatkannya segelas es tebu.
"bapak mau berapa gelas?" tanya ibu-ibu penjual es tebu itu
"satu saja bu" sambil mengisyaratkan angka 1 lewat telunjuk tangannya yang sudah mulai keriput itu.
dengan sigap, si ibu penjual es tebu tadi memberikan segelas es tebu itu kepada lelaki yang terlihat sering mengusap keningnya dengan tangan kanannya.
"berapa bu?" tanya nya sekali lagi
"Rp.2000 saja pak" jawab penjual es tebu
kemudian ia mengelurakan uang 2000-an dari kantong plastik hitam yang sengaja disangkutkan di stang sebelah kiri sepedanya. ia menyeruput sedikit es tebu itu setelah membayar es tebu itu, kemudian menepikan sepedanya dan duduk di trotoar untuk beristirahat sebentar.
mungkin ia lelah, entah berapa lama ia duduk ditrotoar sambil menghabiskan es tebunya, dan sesekali mengibaskan topi kearah wajahnya.
ia memperhatikan riuh jalan yang tak kunjung putus, ratusan kendaraan yang hilir-mudik tanpa henti dibawah terik matahari siang ini.
aku memperhatikannya dari kejauhan, ia merapikan kantong hitam yang tergantung disebelah kiri stang sepedanya, dan merapikan kantong putih yang berukuran cukup besar yang ia gantung disebelah kanan stang sepedanya.
lelaki paruh baya itu berdiri, membenarkan posisi topi dan sandal jepitnya, ia kembali mengayuh sepeda tuanya hingga hilang di makan lalu lalang kendaraan yang lewat.
lebih kurang 5 menit lelaki tua itu duduk diatas trotoar, mengamati jalanan dan cuaca yang kurang bersahabat untuk pengguna sepeda sepertinya, kemudian pergi...


tersisa..
aku seorang remaja putri yang tatapan matanya tidak lepas memperhatikan kegiatan lelaki paruh baya itu.
aku mengamatinya, dimulai dari ia membeli segelas es tebu, hingga ia kembali menghilang ditelan padatnya jalanan.
aku masih duduk tenang, diatas sebuah beat hitam yang kuparkir didekat sebuah pohon sambil meneruskan proses menunggu adik bungsuku keluar kelas, masih lengkap dengan almamater dan kerudung berwarna hijau tosca yang kukenakan hari ini.
sesekali aku membuka helm, rasa pusing yang sudah kuderita beberapa hari ini membuatku tidak terlalu mampu meletakan benda berat bernama helm diatas kepalaku, lebih lama.
aku lebih memilih membukanya dan membiarkan kepalaku terasa lebih ringan sedikit.
aku masih menikmati hiruk-pikuk jalanan yang cukup ramai, terik matahari yang hampir redup, dan rasa pusing dikepalaku yang melengkapi siang hari ini.
aku mengeluarkan handphone sejuta umat berwarna putih dari kocek sebelah kanan almamater, membuka uber social yang tak kunjung jalan, bahkan jaringan saja bisa GSM :| ... kecewa.
akhirnya aku putuskan untuk mengupdate PM "karena orang tua rela melakukan apa saja demi kebahagiaan anaknya".
awalnya aku mau mengupdate sesuatu di akun twitter, namuuuuun jaringan sepertinya enggan bersahabat dengan ku siang itu, kebosanan memeluku dengan erat.
aku putuskan untuk memilih bagian aplikasi dari layar berwarna pink bunga-bunga, menekan bagian memopad...dan terbitlah cerita ini. ( Kamis, 30 Mei 2013 - 14:36)

ya, terbitlah sebuah catatan untuk mengisi kebosanan ku hingga pukul 14:45, awalnya aku membaca sebuah novel yang dipinjamkan teman sekampusku, "heart emergency" lalu baru satu halaman aku menutupnya dan mengamati lelaki paruh baya yang sepertinya bisa kujadikan objek menulisku kali ini. jujur saja, jika membahas tentang cinta, rindu dan sahabatnya maka deret entri blog ku akan penuh dengan kalimat-kalimat puitis yang mengalir begitu saja dari jemari-jemari tanganku yang sudah tidak bisa terpisah dengan dunia tulis-menulis. awalnya, aku juga membaca sinopsis naskahku sendiri, dan kututup kemudian kukembalikan kedalam ransel ku dan berlanjut dengan membuat catatan seperti ini. ya, bisa dibilang ini catatan yang jadi hanya dengan waktu 15 menit saja.

petikan pelajaran siang ini, dari seorang lelaki separuh baya yang kuamati adalah..
bahwa peran ayah sangat besar, yang ku amati lelaku itu pekerja serabutan, terlihat bagaimana penampilannya barusan.
peran seorang ayah dalam rumah tangga sangat dibutuhkan, tanpa ayah mungkin anak istri tidak ada yang makan nasi, mungkin mereka tidak makan.
lelaki itu, gambaran betapa besar kasih sayang seorang ayah terhadap keluarganya... ya suddenly aku jadi ingat orang tua ku dirumah.
kembali mengobrak-abrik ingatan bahwa ya, ibu pernah bilang "laras kecil, tidak pernah bisa melihat ada bapak-bapak atau ibu-ibu yang sudah keriput masih jualan" ya seingatku aku akan berlari kedalam kamar, jika mengintip jendela dan mendapati mamang-mamang penjual putunya sudah tua dan bertanya pada nenekku "mbah, yg jual putu udah tua atau masih muda?" jika nenek ku mengatakan sudah tua maka aku dengan spontan akan memanggil penjual putu itu dan membeli walaupun hanya 3-5 butir saja.
sudah seharusnya, mereka beristirahat dirumah, bukannya pergi mencari nafkah.

jadi intinya cerita ini lahir dari tangan jahilnya laras waktu ngisi kebosanan :D






Jumat, 17 Mei 2013

Ini Untuk Ibu♥

jumat, 17 may 2013.

hari ini, hari kelahirannya ibu. sudah 42 tahun ibu dititipkan sama Allah untuk menjalankan sebagian takdirnya yang sudah digariskan oleh Allah.
sudah 42 tahun, ibu hidup dengan pengalamannya, sudah banyak hal yang didapati ibu untuk mendidik anaknya agar  menjadi seseorang yang sukses, juga bisa jadi ibu yang baik jadi anaknya kelak.
sudah hampir, 19 tahun ibu merawat dan membesarkan aku.
memperhatikanku mulai dari hal yang paling partikelnya paling kecil hingga yang paling besar.
sudah hampir 19 tahun ibu mendidikku, menjadi anak yang berbakti untuk kedua orang tua, berguna untuk semua orang, istri yang baik bagi calon suaminya nanti, serta calon ibu yang tentunya dapat mendidik anaknya dengan baik.
ibu selalu mengajariku banyak hal, meski terkadang ibu harus mengomeliku agar aku bisa mengerjakan segala sesuatunya dengan baik.
bagi ibu, melihat anaknya dapat mengurus rumah dan memiliki prestasi yang baik sudah cukup.
tidak hanya itu, ibu juga mau anaknya memiliki akhlak yang baik, selalu berdoa dan menyerahkan segala urusan kepada yang diatas.
menurut ibu bahagia itu sangat sangat sederhana, tidak seperti kasihnya yang tidak pernah sederhana.
kasih sayang ibu selalu luar biasa, meski kasih sayang ibu tidak pernah kita rasakan.
tapi, cobalah diam sejenak.
perhatikan hal-hal didekatmu, bisakah kau tumbuh besar dan sempurna tanpa kasih sayang seorang ibu?
bisakah kau berjalan dengan lancar tanpa bimbingan seorang ibu?
membaca, menulis dan banyak hal lain yang semuanya berasal dari ibu.
pernahkah berfikir jika ibu adalah bagian dari hati kalian yang sebenarnya?
ibu, selalu punya feeling kepada buah hatinya.

ibu itu segalanya.
malaikat yang nyata untuk kita.
bisakah kita rasakan?
sudahkah kita berhasil membalas kasih sayang beliau?
kasih sayang beliau tidak pernah terbalas, sedikitpun kita tidak akan bisa membalasnya.
wujud anak suksespun, belum cukup untuk membalas kasih sayang seorang ibu.

bayangkan saja...
ibu rela mengandung kita selama 9 bulan.
menggendong perut besarnya kemana-mana,
rasa sesak, gatal, capek dan lain-lain sudah terlebih dahulu hinggap.
tapi, apakah ibu pernah protes?
apakah ibu pernah mengeluh?
apakah ibu pernah menyia-nyiakan kita?
ibu selalu sedia merawat kita sejak kecil.
sejak kita masih berbentuk zigot.
kemudian berkembang hingga menjadi janin.
ibu selalu memikirkan kesehatan kita, demi menjaga kita dari ketidaksempurnaan.
bayangkan, sudah berapa banyak uang yang ibu keluarkan untuk membeli vitamin kita?
lantas, apa pernah ibu mengakumulasikannya ketika kita sudah sukses?
apa pernah mendengar kalimat "ganti uang ibu"?

lalu ketika melahirkan..
apa perasaan seorang ibu ketika melihat tangisan anaknya pecah?
lalu seorang bidan atau dokter mengatakan..
"anak ibu lahir dengan sempurna"
masih ingatkah kita dengan senyum bahagianya?
kita tidak akan pernah ada, tidak akan pernah hidup sebagai anak tanpa seorang ibu.

ibu adalah wujud malaikat nyata.
yang dikirimkan Allah untuk menjaga kita selama ibu masih diberikan waktu.
lalu apakah pantas kita menyakiti hati seorang ibu?
bukankah ibu terlalu sempurna untuk disakiti?
lalu apakah pantas kita membentak seorang ibu jika ibu melakukan salah?
pernahkah ibu membentak kita ketika kita memecahkan gelas?
tidak bukan?
lalu apakah masih pantas kita membentak beliau?
menganggap omelan dan larangan beliau itu bencana?
seorang ibu, tidak akan pernah berniat menjerumuskan anaknya.
seorang ibu hanya ingin yang terbaik untuk anaknya.
bersyukurlah kita yang masih punya ibu.
masih mendengar omelannya setiap pagi.
masih menjadi tempat kita untuk mengeluh.
menyimpan kebahagiaan dan harapan.
segalanya...
karna ibu, adalah setiap bagian waktu kita, yang harus kita jaga agar tidak berakhir sia-sia.

Selasa, 07 Mei 2013

Perempuan Dalam Mimpi [Episode 2] #flashfictionbersambung

Aku masih duduk dikursi itu,mungkin gadis itu masih berfikir siapa aku? Kenapa aku mendadak menjadi sok kenal pada malam itu. Atau mungkin saja ia berfikir aku sedang mengalami depresi tingkat akut. Dia meninggalkan tempat itu, dengan langkah kaki yang teratur dan aroma yang masih tersisa dibangku itu.

Aku meneruskan kembali pekerjaanku, mulai berteman dengan keyboard laptop dan secangkir kopi yang baru kuseruput setengah cangkir saja. Pikiranku masih melayang-layang mengamati dari dalam ketika perempuan itu sudah mulai menyebrang jalan.

Perempuan itu menghilang, jejaknya sudah tidak berbekas, hanya sisa hujan yang baru saja selesai pada malam itu. Aku mencoba memainkan bola mataku, mengamati sekitar dan memutuskan untuk mengemasi laptop dan menghabiskan setengah cangkir kopi dan pergi dengan terburu-buru. Kuharap, aku tidak kehilangan jejak perempuan itu demi memastikan rasa penasaranku yang mulai berjalan seiringan dengan langkahku.

Aku menyebrang jalanan yang sudah hampir sunyi itu, padahal baru saja pukul 08:00 malam, ah mungkin karena tadi hujan,makanya orang-orang tidak ada yang ingin keluar rumah,hawa dingin terlalu menggoda mereka untuk menetap didalam rumah. Aku hampir lupa dengan misiku, mencari jejak perempuan yang sudah terekam jelas rupanya dikepalaku. Aku berjalan dibarengi langkah-langkah mencari perempuan itu, ia baru saja meninggalkan tempat itu sekitar lima belas menit yang lalu, seharusnya jika ia menunggu bus ia masih ada ditempat ini. Ah, ini seperti mimpiku. Kenapa harus ku alami lagi?
Hanya saja aku sudah tidak bisa menjawab rasa penasaran yang disebabkan oleh alam bawah sadarku. Aku hanya bisa gigit jari, rasa penasaranku berhenti sejenak.



Minggu, 05 Mei 2013

Lampion (III)

***

sudah tiga tahun brendha tinggal dan dirawat oleh pasangan kayren dan dafa. ia tampak sudah terbiasa dengan keluarga barunya dan melupakan ayah kandungnya fernando yang sudah hidup bersama wanita yang menyebabkan kepergian ibu kandungnya. brendha sudah terlalu terbiasa tidak bertemu ayahnya, bahkan menaruh benci. sebab ayahnya lah yang membuatnya tidak pernah merasakan kasih sayang ibu kandungnya.

"brendha tidak ingin bertemu papah?" tanya ku pada pagi itu.
"tidak bunda, papah sudah membuat mamah pergi dihadapanku." brenda menjawab bengis pertanyaan ku pagi itu.
"bagaimanapun itu papamu nak," dafa mengelus rambutnya yang tergerai panjang.
"papah? iya, om fernando memang papahku, tapi papahlah yg menyebabkan mamah pergi ayah." brendha seperti tidak ingin membahas masalalunya yang cukup pahit.
aku dan dafa sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi, padahal fernando sudah mengancam kami jika brendha tidak dikembalikan kepadanya.
hal itu bermula ketika fernando mengetahui brendha sudah keluar dari panti asuhan, ia mencari kami hingga pada saat itu..
"kayren!" lelaki bertubuh besar menghampiriku.
"siapa?" kataku yg tak mengenalnya.
"kembalikan brendha kepadaku, atau hidupmu tidak bahagia." dengan nada lantang ia mengancamku sore itu.
"kau siapa?" aku berbalik bertanya.
"aku fernando, suami vero dan ayah dari brendha." ia merapikan kerahnya.
"ayah?, ayah macam apa yang membuang anaknya dan meninggalkan demi wanita lain?" aku meninggalkan lelaki itu dan amarahnya yang masih berkecamuk.

kejadian enam bulan yang lalu sempat membuatku dan dafa pindah kota. kami tak ingin brendha terluka karena watak fernando yang begitu kejam. bahkan ia rela menyiksa anaknya sendiri. kami menggiring brenda pindah kejepang untuk setahun dan kembali lagi ke indonesia, tetapi sayang fernando selalu menemukan keberadaan kami dan dan mengancam kami akan merebut paksa brendha atau kami akan mati. tapi kami tidak pernah takut akan ancamannya, kami merasa kami berada dijalan yang benar.
hingga pada sore itu kami memutuskan untuk mempersilahkan fernando menemui anaknya, dengan catatan tidak akan memaksa brendha pulang, dan fernando menyetujuinya.

"brendha, bunda boleh tanya?" aku merapikan rambutnya yang kusut.
"tanya apa bunda?" ia memutar badannya kearahku.
"kalau papa fernando datang, brenda mau ketemu sama papa?" anak itu terdiam dan menggeleng. sebagai psikolog aku mengerti perasaannya dan tidak berusaha memaksanya mengikuti kehendakku. brendha memang punya hak untuk memilih, mungkin hatinya masih sakit melihat perlakuan papahnya dulu.

"maaf nyonya ada tamu" pembantuku memberi tahu bahwa fernando dan fera sudah berada dirumah.
"iya bi, makasi" aku membenarkan kunciran rambut brendha dan membiarkannya bermain bersama barbie kesukaanya.
"mana brendha?" tanya fernando yang hari itu terlihat lebih bersabar.
"ada dikamar, sepertinya ia tidak ingin bertemu denganmu."
"kenapa?" tanya fernando dingin.
"entahlah........"
"mungkin karena kau pernah menyakitinya" sahut dafa dari belakang.
"tapi biar bagaimanapun dia anakku." entah kenapa fernando terlihat lebih sabar, mungkin hatinya telah tersadar. "aku memang pernah mengkhianati vero, hingga ia bunuh diri tapi aku tidak pernah melupakan brendha anak kami..." air mata dari lelaki bertampang menyeramkan itu menetes.
"aku sudah tidak bisa membantumu, ini kemauan anakmu sendiri fer.." kataku.
"sekali saja, aku ingin bertemu dengannya, setelah itu aku tidak akan mengusiknya lagi..."
"dia tetap tidak mau, mungkin kau bisa kembali beberapa tahun lagi..." aku memberi saran kepada fernando.
"kapan?" tanya lelaki itu.
"ketika usianya mencapai 17 tahun, ia sudah berhak memilih, mengikutimu atau tetap tinggal bersamaku jika ia memilih pergi bersamamu, aku tak akan memaksa, tapi jika ia ingin tetap tinggal disini maka biarkan saja."
lelaki itu setuju dnegan maksudku dan ia pergi diakhiri dengan senyuman sore itu.


17 tahun kemudian........
"brendha, ini papah.." sapa lembut lelaki itu.
"papah kenapa datang? bukankah papah senang melihatku menderita setelah ditinggal mamah?"
brendha sudah dewasa, ia sudah mengerti kejadian yang menimpanya sejak kecil. "papah membiarkanku hidup 3 tahun dipanti asuhan,dan bersenang-senang dengan wanita pilihan papah, itu yg namanya sayang dan perduli pah?". fernando terdiam, bibirnya dingin.
"jadi sekarang bagaimana?" tanyanya bergetar.
"aku tidak akan ikut papah, dan tidak pernah bisa menerima wanita itu (menunjuk wanita yg duduk disamping fernando) dia sudah menyebabkan mamah pergi." brendha meninggalkan kursi dan mengunci kamar.
aku terdiam, rasanya persoalan ini terlalu rumit dan meminta fernando berkomitmen dengan janjinya. fernando pergi bersama rasa kecewa, namun brendha? ia lebih kecewa karena orang yang menghadirkanya dibumi tak dapat ia jumpai selama-lamanya.
ayah dan anak itu sudah tidak sepaham lagi, ketika luka lama membuat mereka saling membenci dan melupakan bahwa mereka satu darah, semuanya terasa menyakitkan bagi keduanya. namun aku dan dafa bisa apa? brendha berhak atas kebahagiaanya,dan kebahagiannya bukan bersama ayah kandung dan ibu tirinya. ia lebih bahagia bersama orang yang tidak ia kenal, yang merawatnya tanpa pernah memberi luka.




sekeras apapun kau memperjuangkan hakmu, ketika salah satu pihak sudah tak bisa menerimamu kau bisa apa? hanya kekecewaan yang tertelan, tersembunyi dibalik luka lama yang belum sembuh. bahkan saling melupakan.
hargai cinta tulus dari seseorang,sebelum rasa benci dan luka kembali muncul dan memisahkan kalian.






Rabu, 01 Mei 2013

Lampion (II)

"bagaimana bisa kalian merahasiakannya dariku?"
"ren, maafkan kami, kami mengerti kondisimu saat itu, mungkin kau sudah benci sekali dengan vero"
"aku, .. aku memang benci saat itu, seakan dia mengkhianatiku, tapi......." perempuan itu tidak melanjutkan perkatananya.
"sudahlah semua sudah terjadi, vero sudah pergi ren .."
"lalu bagaimana dengan anaknya? apa lebih baik aku mengurusi anaknya saja?"
"anaknya ada dipanti asuhan diindonesia, ia menitipkannya terlebih dahulu sebelum ia pergi"
wanita itu mengambil tasnya, kemudian bergegas pergi ..
"mau kemana ren?"
"menemui dafa, sebentar.."
"bukankah kau berjanji akan menemuinya nanti malam?"
wanita itu kembali duduk dikursi bambu dan menghela nafas panjang.
"aku akan kembali ke indonesia besok."
"kenapa secepat itu?"
"aku akan pergi kemakam vero,dan mengurusi anaknya."
wanita itu membereskan baju-baju yang berserakan dan menutup kopernya.
"bagaimana dengan dafa?"
"akan kupikirkan setelah ini.."
ia mengetuk-ngetuk jarinya diatas meja, ia begitu cemas, ia bingung apa yang akan ia katakan nanti saat bertemu dengan dafa? hatinya terlalu kaget mendengar ini semua.


"kayren.." sapa dafa diujung sana.
"dafa, sudah lama?"
"tidak, wajahmu sehabis menangis, ada apa?"
"tidak, aku sudah memutuskan akan kembali ke indonesia besok."
"bukankah liburanmu masih seminggu lagi?"
"aku akan mengurusi anak vero, aku merasa berhutang padanya."
"tidak harus mengorbankan kebahagiaanmu bukan?"
"aku sedang tidak mengorbankan kebahagiaanku, hanya saja aku merasa bersalah saat itu."
pria itu memeluk wanita itu, mengelus rambutnya "kamu tidak salah ren, mungkin vero harus pergi dengan cara seperti ini."
"tapi.. andai aku tidak meninggalkannya sendirian saat itu untuk pergi ke ausi menuntut gelarku, mungkin vero tidak akan seperti ini."
"apa yang ingin disesali, dia sudah pergi sadarlah!"
wanita itu menangis,sehingga ia lupa perasaannya yang masih disimpan pada dafa harus segera diungkapkan sebelum ia menyesali segalanya.
"mungkin aku terlalu berlebihan, oh iya kenapa berada disini?"
"aku mendengar kabar bahwa kau akan ke jepang liburan kali ini, makanya aku mengikutimu sejak dibandara dan didalam pesawat."
"jadi pria itu kau?"
"iya itu aku.. aku tidak bisa membiarkanmu sendirian, maka dari itu aku memutuskan untuk mengikutimu, maaf jika kau risih saat itu."
"lalu... bagaimana dengan kita?"
"kita? itu tergantung sama kamu ren, kamu yang merasakan sakit selama ini dan aku tidak bisa memaksamu kembali jika itu hanya membuatmu sakit."
wanita itu menarik nafas panjang..
"jadi begini, aku sudah dua tahun menunggumu berharap aku sendiri bisa lupa bahwa kau pernah ada, tapi aku tidak pernah bisa menghapusmu, fa."
"sama, aku bahkan benci ketika kau harus memutuskan meninggalkanku sendirian disini dan kembali ke indonesia."
"aku hanya punya cara itu, saat itu meneruskan kuliah disana dan pada akhirnya aku akan menetap disana juga."
"aku mengerti, bahkan kau sudah berhasil mewujudkan mimpimu bukan?"
"mimpi apa?"
"menjadi penulis terkenal? itu mimpimu sejak lama, iyakan?"
"ah sudahlah, aku mungkin sedang beruntung."
"jadi besok kau akan kembali?"
"iya, bagaimana denganmu?"
"aku ikut, disana aku akan melamarmu."
"melamar?"
"iya, aku tidak mau kehilangan kamu, kesekian kali lagi ren."
"secepat itukah?"
"aku sudah menunda terlalu lama..."


"kami berangkat ya gi, felic terimakasih atas bantuannya selama ini" pamit mereka berdua dibandara.
"hati-hati kalian, kami menunggu undangan."
mereka melempar senyum dan bergerak menuju pintu keberangkatan.

di indonesia..
"jadi mau langsung kemakam?" tanya dafa
"iya, langsung saja, oh iya punya alamat panti asuhan itu fa?"
"ada, aku masih mengingat jalannya."
mereka berdua menuju makam vero, dengan segala keheningan air mata yang menetes dari sumbernya memecah keheningan siang itu.
"sudahlah jangan disesali lagi"
wanita itu mengambil sapu tangan dan mengusap air matanya.
"sekarang kita kepanti asuhan mau?"
"boleh, tapi hapus dulu air matamu ya ren"
mereka menapaki jalan menuju panti asuhan mengandalkan ingatan dafa.
"disinikah?"
"iya, turun yuk"


setelah berdialog yang cukup panjang dengan pemilik panti asuhn,akhirnya kami berhasil membawa brendha pulang. brendha baru saja berumur 3 tahun dan ia masih belum mengerti apa-apa tentang kepergiaan ibunya yang sangat tragis itu.
kepolosannya membuat kayren tidak tahan menahan bendungan air mata, dan memeluk brendha dengan eratnya.
"terimakasih telah mengizinkan kami membawa anak ini pulang bu."pamit kayren kepada pemilik panti.
"iya sama-sama, jaga dan rawat brendha dengan baik ya." pesan ibu panti.
kami menapaki jalan pulang bersama balita berambut coklat, bermata biru dan berkulit putih itu, sungguh ia menemukan kebahagiaan keluarga kecil disini.

6 bulan kemudian ...
"selamat ya akhirnya kalian menikah juga" felic memeluk wanita itu dengan erat.
"terimakasih ya felic, gio tanpa kalian mungkin kami takkan pernah bertemu."
"sama-sama oh ya mana brendha?"
"itu sedang bersama dafa, dia sudah menganggap kami sebagai orang tuanya."
"brendha itu cantik, semoga nasibnya secantik parasnya ya"
"amiin....."

begitulah kebahagiana yang diraih kayren bersama dafa, pada akhirnya cerita cinta mereka yang sudah dipenggal jarak dan waktu yang begitu lama bertemu kembali dan menuai kebahagiaan yang baru :)

happy reading! :')


Lampion (I)

Pandangan matanya kesana kemari, tampak ia terburu-buru sambil menyeret kopernya. baru saja taksinya berhenti didepan pintu masuk disebuah bandara dijakarta. ia tampak tergesa-gesa menuju pintu masuk,mencari terminal keberangkatan, ia sudah terlambat lima belas menit dari waktu yang ditentukan.
ia pikir ia akan ketinggalan pesawat yang akan menghantarkannya kenegeri sakura. ia melirik kanan-kiri, semua terasa asing hingga ia memutuskan untuk bertanya pada seorang satpam.
"maaf pak menganggu,boleh saya bertanya?" ia meletakkan kopernya terlebih dahulu.
"iya mbak, ada yang bisa saya bantu?".
"pesawat dengan tujuan jakarta-pontianak sudah take off?"
"maaf mbak, saya tidak tahu untuk lebih jelasnya saya bisa lihat tiket mbak dan bertanya pada bagian informasi?"
"oh boleh pak (ia merogoh jaketnya) ini pak" katanya sambil menyerahkan lembaran tiket.
"tunggu sebentar ya mbak, silahkan duduk dulu."  ia mempersilahkan wanita itu duduk dikursi berwarna hijau.

lima menit kemudian ...
"mbak, pesawatnya belum berangkat sepertinya delay mbak bisa langsung menuju terminal keberangkatan." kata satpam itu mengarahkan wanita itu menuju terminal keberangkatan.
"maaf ya pak merepotkan, terimakasih pak." wanita itu menyeret kopernya.
ia membuka pintu terminal keberangkatan, tampak sudah banyak orang menunggu daritadi.
ia memutuskan memilih kursi diujung dekat sebuah jendela, jauh dari keramaian agar bisa membaca dengan serius novel yang dibawanya.
hujan membuat wanita yang menggunakan pakaian berwarna coklat, dibalut jaket berwarna hitam itu mengamati langit sekian lama. beberapa kali ia membuka lembaran novel yang sudah ia baca, hingga pada saat menuju halaman terakhir, tatapan matanya berhenti.
ia melipat novelnya, kemudian menutupnya. rasanya ada yang janggal,seperti ada yang memperhatikannya dari kejauhan.
ia melirik sekitar, sepertinya tak ada yang mencurigakan baginya. ia kemudian meneruskan lagi membaca novelnya. lebih kurang 20 menit menunggu, sudah ada panggilan bahwa pesawatnya akan segera berangkat.
ia mengemasi barang-barangnya dan menuju pintu keluar.

diatas pesawat...
ia mengamati lapangan pesawat yang masih basah karena sisa hujan. ia melihat sekitar, tak adakah yang bisa diajaknya mengobrol?
ia membuka bungkus permen coklat dan mengunyahnya sambil mengamati sekeliling lagi.
tampaknya ia sudah curiga,bahwa orang yg tadi mengikutinya dibandara akan tetap mengikutinya didalam pesawat, namun ia tak menemukan pria berkaca mata hitam yang tertangkap mengamatinya ketika ia sedang membaca novel tadi. ia menghabiskan perjalanan jakarta-tokyo yang cukup lama itu dengan tidur untuk menjaga agar ia tidak lelah ketika sampai dinegeri sakura tersebut.
ia tiba dibandara international narita dengan selamat. langkah kakinya menghirup udara jepang rasanya sudah membuat hatinya tenang. sekali lagi, ia merasa ada yang mengikutinya sejak tadi.

dibandara..
"karen!" teriak kedua pasangan dari jarak jauh.
itukah gio dan felic? mereka memang berjanji akan menjemputnya dibandara.
"gi, felic?" iya?
"iya ini kami berdua, mereka mencoba menjelaskan kepada wanita itu."
"maaf aku tidak pakai kacamata, jadi tidak terlalu terlihat jelas."
"iya, tidak apa-apa, akhirnya sampai juga dijepang."
"tapi aku tidak bisa lama, hanya sekitar seminggu saja, liburku telah habis.."
"asalkan senang saja disini,
mereka bertiga meneruskan perjalanan menuju rumah lama Kayren yang terletak disebelaha rumah mereka berdua.
Gio dan Felicia adalah dua sahabat karen yang menikah 2 tahun lalu dan pindah kejepang untuk meneruskan pendidikan mereka dan menetap dijepang,sedangkan kayren memilih untuk pulang ke indonesia karena ia sudah kecewa pada jepang dan masa lalunya.

"selamat datang!" ini rumahmu kata felic sambil membukakan pintu.
"masih tetap dan ya tidak ada yang berubah disini." kayren menapaki lantai rumahnya yang masih licin dan bersih, bahkan perabotannya masih bersih dan tertata dengan baik.
sangat terlihat bahwa felic benar-benar mengurus rumahnya tersebut.
ia membuka pintu kamarnya, desainnya masih sama,kasur berwarna coklat memanggilnya untuk beristirahat.
kalau mau istirahat,kami akan meninggalkanmu, aku pikir kau memang butuh istirahat.

esok harinya...
"ren mau kemana?"  tanya felicia.
"mau jalan-jalan, kamu mau ngantor ya?"
"iya nih, aku sama gio pergi dulu ya."
"yasudah kalian hati-hati yaa" melambaikan tangan dari depan pagar.
kali ini kayren memilih menggunakan dress berwarna pink dan memutuskan untuk berjalan-jalan ditaman sakura didekat gunung fuji.
ia merasa ada yang mengikutinya,sama ketika ia masih berada dibandara.
ia menoleh kebelakang, namun tak ada orang yang mengikutinya,hingga ia memutuskan untuk duduk disebuah restoran dan memesan green tea juga mochi sebagai temannya membaca novel (lagi), tiba-tiba ..
"masih suka pakai dress pink sambil baca novel ya?" tanya seorang lelaki yang duduk didepannya.
"iya, .." ia menutup novelnya dan mendapati bahwa lelaki itu adalah mantan pacarnya yang sudah menghancurkan keinginannya untuk menetap dijepang.
"kenapa melihat ku aneh? bukankah aku masih sama?"
"kenapa datang lagi? apa maumu?" tanya kayren mendadak panas.
"aku hanya ingin menyampaikan sesuatu padamu... mungkin besok didekat taman sakura."
"gunung fuji? untuk apalagi dafa, bukankah kau sudah membuangku jauh-jauh?"
"stop berkata demikian ren, aku punya cukup penjelasan untukmu."
"penjelasan apa lagi? semua sudah selesai fa..kau yang memutuskannya bukan?"
"karna aku punya alasan dan temui aku besok."
lelaki berkemeja itu meninggalkannya. luka lamanya terusik kembali sepertinya ia harus rela sakit hati lagi.

dua hari kemudian..
"akhirnya kamu datang juga.."
"sudahlah jangan banyak basa-basi sebenarnya kau mau apa?"
"aku hanya ingin menjelaskan tentang hubungan kita.."
"hubungan apa lagi?,semuanya sudah ku anggap selesai."
"tidak ren,aku masih mencintaimu"
"mencintaiku? bukankah kau telah memilih bersama vero ketimbang bersamaku?"
"vero? vero mengarang semua cerita selama ini, aku, gio, dan felicia sudah mengetahuinya bahkan vero melakukan ini hanya karna ia ingin melihatmu menderita."
"menderita?"
"iya, ketika kalian sma kau ingat pernah menerima cinta deo?sahabatmu dan vero?"
"iya.." wanita itu terdiam.
"sebab itulah vero merebutku darimu, ia ingin kau merasakan apa yang ia rasakan dulu."
"sebegitu jahatkah ia?"
"ia hanya ingin balas dendam, itu saja ..."
"aku tidak bisa berkata apa-apa lagi.."
"jadi bagaimana keputusanmu?"
"keputusan apa?"
"kembali padaku?"
"akan kupikirkan, nanti temui aku pada pesta lampion ya aku kan jawab pertanyaanmu."

mereka berpisah hingga pesta lampion diadakan.
hati kayren mendadak pilu, hancur berkeping-keping ternyata sahabatnya masih menyimpan dendam dan amarah kepadanya.
"sudah tau semua?" tanya felicia.
"hemm, masih terasa sakitnya, kau mau memaafkan vero?"
"tentu, dimana dia sekarang?"
"dia sudah meninggal karena bunuh diri, ia depresi suaminya selingkuh lagi."
"vero..." wanita itu meneteskan air matanya.
"kami menghindari mengabarimu karena kami tau ku sedang patah saat itu."


bersambung ....



 

Anindyamalini Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template