Rabu, 01 Juli 2015

mencintai dan dicintai?



Ketika kita mencintai seseorang, tentu saja kita akan merasa senang berada disampingnya, tentu saja kita merasa bahagia bersama orang yang kita cintai. Tapi apa yang terjadi jika sebuah cinta bertepuk sebelah tangan? Jika sebuah cinta hanya berada pada salah satu pihak saja? Ketika kita tak bisa menjadi sepasang kalimat “mencintai dan dicintai” yang terdengar begitu sempurna? Bukanlah perkara mudah untuk mencintai, ketika kita memutuskan untuk mencintai tentu saja kita akan siap dengan dua kemungkinan dari mencintai. Kemungkinan untuk mencintai secara nyata, atau mencintai secara diam. Karna mencintai tak pernah semudah kita menuliskan kalimat sederhana itu, karena mencintai tak pernah semudah kita melafalkannya, karena mencintai tak semudah seperti yang kita bayangkan. 

Lantas, ketika kita sudah benar-benar mencintai, namun ia terbendung oleh rasa ego untuk saling memiliki apakah itu layak disebut cinta? Ketika kita hanya memaksakan hati untuk bahagia, apakah itu pantas disebut cinta? Ketika kita hanya mencintai tetapi tidak dicintai apakah kita bisa menyempurnakan kata “mencintai dan dicintai”? tidak.
Lantas, apakah ada cinta yang diawali dengan tergesa-gesa akan berakhir bahagia? Tidak.
Lantas bagaimana dengan cinta dan sejumlah kepingan rasa percaya yang mungkin tidak dapat disusun lagi pantas disebut cinta? Tidak. 

Ketika pemilik cinta sudah mampu berkomitmen tentu saja dia akan mengesampingkan egonya, tentu saja ia mampu bersabar menunggu untuk mencintai dan bersabar menjalani setiap permasalahan yang ada, ketika pemilik cinta mampu untuk tidak menghancurkan kepercayaan melainkan membuktikan nya tentu saja ia dapat menyempurnakan sebuah kata sederhana “mencintai dan dicintai.

Karna mencintai adalah sebuah pilihan,
Dan dicintai adalah sebuah keputusan.
Maka cintailah apa yang menurut mu layak untuk kamu cintai,
Berjuanglah untuk hal yang memang pantas kamu perjuangkan.

 

Anindyamalini Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template