Minggu, 29 Desember 2013

Kadang Cinta


Cinta, sebuah rasa yang datang diam-diam, kemudian merasuk perlahan. Cinta, sebuah yang menjelma menjadi suka-duka. Cinta melebur, memecah rasa tak percaya, membungkam lara, menciptakan sebuah cerita.
Kadang, cinta datang tanpa pernah kita duga, tanpa pernah kita yakini bahwa suatu saat nanti akan ada cerita baru dari sebuah cinta yan tak terduga.
Kadang, cinta bisa berlabuh dimana saja, kapan saja ia menghendaki.
Kadang, kita tidak pernah tau perjalan cinta kita berhenti dimana, hingga pada akhirnya kita bertemu pada satu sosok yang membawa cinta itu. Namun, tak jarang pula kita bertemu sosok yang salah, sosok yang kembali pergi membawa cinta itu, meninggalkan sebuah luka dan duka perpisahan. Namun cinta, tak selalu berada pada satu titik lemah, cinta akan pergi dengan segala sisa maupun remah dan luka yang ia tanggung sendiri. Kemudian cinta, akan menemukan sebuah tempat, dimana ia akan mengobati luka, mengumpulkan remah dan beristirahat hingga ia kembali menulis cerita baru dengan sosok yang berbeda, ditempat yang tak pernah sama, dengan cerita yang mungkin akan menjadi penutup perjalanan cinta itu sendiri.

Karna cinta akan selalu berlabuh ditempat yang berbeda, dengan sosok yang tak sama.

Kamis, 19 Desember 2013

A cup of Chocolate 2


Aku tak pernah lupa bagaimana kejadian itu terjadi, ia begitu cepat pergi dan cerita kami usai.

Percakapan tadi baru saja membuka buku lama yang sudah seharusnya aku tutup rapat-rapat. Sudah seharusnya aku berhenti membicarakan dia, dia yang menghancurkan mimpi yang sudah aku rancang sedemikian rapi, menghancurkan harapan yang sudah aku susun baik-baik. Semua hancur begitu saja, nyaris hanya meninggalkan sebuah luka, kenangan dan tentunya pelajaran yang sangat mendalam untuk diriku sendiri.

Dion, lelaki yang juga sepupu ku sendiri itu baru saja menyentuh luka yang hampir sembuh, ia baru saja mengingatkanku pada sosok Deo, lelaki yang seharusnya saat ini menjadi suamiku.

Angin malam begitu menusuk, kuat hingga aku tak mampu berlama-lama berada diluar apartemen. Dengan diiringi lampu jalan dan langkah yang terbata-bata aku berjalan hingga pada akhirnya sampai didepan pintu apartemen ku. Gagang pintu itu terlalu dingin, tangan ku sendiri terasa kaku untuk membuka pintunya, mungkin pengaruh udara dan pendingin ruangan yang sedang berkolaborasi malam itu. Perlahan, seperti membunuhku.

Setelah pintu terbuka, aku menghidupkan sakelar lampu yang berada di sisi kanan dinding setelah pintu. Tampak ruangan berwarna coklat berdesain klasik eropa ini begitu menenangkanku. Aku melirik jam dinding, sudah pukul 22:00 malam, itu artinya aku menghabiskan separuh waktuku diluar. Aku mengecek handphoneku, menghubungi mama semalam ini untuk memastikan apakah mama baik-baik saja.

"Hallo, rahajeng wengi mah, mamah sudah tidur?" tanyaku ketika deringan ketiga diangkat mama.

"Rahajeng wengi juga sayang, mama belum tidur" terdengar suara lembut dari ujung sana yang begitu menenangkan. Ya, mendengar suara mama yang sepertinya baik-baik saja sudah cukup menenangkan ku, apalagi jika aku bisa bersandar dipundak mama untuk saat ini.

"Kenapa mama belum tidur, ini sudah malam"

"Mama hanya ingin memastikan bahwa kamu baik-baik saja disana, kamu baik-baik saja kan nak?"

"Andah baik-baik saja mah disini, mama jaga kesehatan ya...andah sayang mama".

"Mama juga sayang Andah, yasudah mama istirahat dulu ya rahajeng wengi"

"Rahajeng wengi juga mah" Aku mengakhiri telpon malam itu. Suasana hatiku menjadi tenang kembali saat tau bahwa mama baik-baik saja.

**
Kembali kepada pemikiran ku sebelum sampai diapartemen. Deo...bagaimana kabarnya sekarang? Dimana dia? Aku benar-benar ingin bertemu dengannya, memastikan apakah dia jadi menikahi wanita pilihan mamanya. 
Rasa penasaran semacam ini yang terkadang membunuh diriku sendiri. Berusaha mencari tau kesana kemari, namun terkadang usaha ku sia-sia. 
Aku berdiri membuka jendela besar disebelah kiri tempat tidurku, memandangi kota ini saat malam. Pemandangan seperti lampu-lampu, rumah penduduk, dan jalanan begitu indah saat malam apalagi jika dilihat dari ketinggian. Ya, aku sangat menyukai pemandangan kota pada malam hari. 
Tiba-tiba terlintas di pikiranku, bagaimana jika pada akhirnya aku dan Deo bertemu disini? Bagaimana jika kami..........Denting jarum jam menandakan pukul 23:00, dan aku tersadar sudah hampir larut malam dan aku hanya menghabiskan waktuku begitu saja. Aku beranjak tidur, berharap esok pagi akan menjadi lebih baik. 

**
Jam berdetak begitu kencang, pukul 07:00 pagi aku terbangun dari tidur yang lumayan panjang. Memandangi sekitar, ini pagi pertamaku dikota ini. Aku berjejak menurunkan langkah kakiku untuk membuka jendela, pagi ini cukup cerah untuk kembali beraktifitas dikota ini lagi. Dan aku akan pergi ke apartement dimana Dion dan istrinya menetap. 

**
Pukul 09:00 aku sudah sampai disana, dengan penuh semringah aku dan istri dari sepupuku berbicara, mulai dari masa pernikahan mereka, hingga saat ini dimana Siska tinggal menghitung hari untuk melahirkan. Dan ya, aku punya keponakan baru, itu sebabnya aku ingin tinggal dikota ini. Percakapan kecil kami berujung pada sebuah pertanyaan, pertanyaan yang sudah aku duga sebelumnya. 

"Andah, mengapa tiba-tiba semuanya batal" dengan perlahan dan masih tetap menjaga perasaan ku Siska mengeluarkan pertanyaannya. 

"Ia sudah memilih wanita lain" kali ini aku berusaha meyakinkan hati dan diriku bahwa aku sanggup mengatakan yang sebenarnya. 

"Bagaimana bisa?" 

"Lain kali, aku akan menceritakan ini padamu" aku menata hati yang kemudian saja hancur ketika harus mengingat kejadian itu. 

"Baiklah, jika itu mau mu, bagaimana kalau kita berangkat sekarang saja?"

"Itu lebih baik" aku menyeruput teh terakhir dan bergegas pergi. 

**
"Siska ini bagus, mau coba lihat?" aku mengandeng Siska menuju box bayi berwarna coklat. 

"Bagus, Andah sepertinya kamu sudah cocok menjadi ibu rumah tangga" ia menggoda ku sambil memilah box yang aku sarankan tadi. 

"Bagaimana? Jadi beli?" 

"Boleh..ini sudah pas" ia kemudian menemui petugas untuk memesan box bayi berwarna coklat tadi. 

Aku mengelilingi toko bayi ini, memilah milah kemudian ingatanku kembali melayang... "Andai saja pernikahan itu tidak batal...mungkin saat ini.."

"Andah?"  suara yang sudah tidak asing lagi mendarat dihadapanku. 

Aku membalikan badan...kemudian...rasanya sulit percaya bahwa yang baru saja memanggilku adalah..Deo. 

*bersambung ke part 3* 



Rabu, 11 Desember 2013

Ketika cinta berbicara, adakah yang mendengar?


Beberapa kali kecewa
Beberapa kali terluka
Namun ia selalu sabar menanti
Walau nanti ia juga akan mati. 
Beberapa kali di khianati
Beberapa kali diabaikan
Namun ia tak pernah berganti
Walau pada akhirnya ia akan bertemu pilihan lain.

Beberapa kali bertahan
Beberapa kali berjuang
Beberapa kali melawan
Beberapa kali berada diujung
Namun ia tak pernah bosan
Namun ia tak pernah urung
Namun ia tak pernah tertekan
Namun ia tak pernah berhenti berjuang.

Walau kadang diabaikan,
Walau kadang tak pernah digubris,
Walau kadang diduakan,
Walau kadang selalu dijadikan pelarian.

Namanya juga cinta yang tulus.
Namanya juga cinta yang iklhas.
Kepada siapapun yang singgah,
Kepada siapapun yang datang,
Kepada siapapun yang terluka,
Cinta akan selalu tulus mengobati
Walau kadang tak pernah perduli akan luka yang ia tanggung sendiri,
Walau kadang beberapa hanya "datang"
Walau kadang tanpa ada sebuah kepastian.

Cinta yang tulus tak pernah memilih jalan lain,
Selain setia.
Cinta yang tulus tak pernah menempuh jalan berpisah,
Selain berusaha bersama.

Begitu cinta yang tulus berbicara,
Adakah kedua telinga saling mendengar?
Jika ada,
Mengapa sebuah cinta yang tulus bisa pergi begitu saja? 

Ketika cinta berusaha mengobati,
Adakah bagian kita yang saling menyadarkan?
Jika ada,
Kenapa cinta harus kembali membenahkan diri bersama waktu?

Jika ada yang mendengarkan cinta,
Kenapa selalu ada kata mendua?

Namun cinta tak pernah menuntut balas, 
Tak pernah ikut mengabaikan walau diabaikan,
Tak pernah mencoba menduakan,
Walau kadang harus rela berbagi.

Cobalah dengar cinta,
Cobalah perjuangkan ia,
Cobalah mengerti bahwa cinta butuh didengar,
Bukan sekedar pengabaian, belaka. :")
 

Anindyamalini Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template