Minggu, 29 Desember 2013

Kadang Cinta


Cinta, sebuah rasa yang datang diam-diam, kemudian merasuk perlahan. Cinta, sebuah yang menjelma menjadi suka-duka. Cinta melebur, memecah rasa tak percaya, membungkam lara, menciptakan sebuah cerita.
Kadang, cinta datang tanpa pernah kita duga, tanpa pernah kita yakini bahwa suatu saat nanti akan ada cerita baru dari sebuah cinta yan tak terduga.
Kadang, cinta bisa berlabuh dimana saja, kapan saja ia menghendaki.
Kadang, kita tidak pernah tau perjalan cinta kita berhenti dimana, hingga pada akhirnya kita bertemu pada satu sosok yang membawa cinta itu. Namun, tak jarang pula kita bertemu sosok yang salah, sosok yang kembali pergi membawa cinta itu, meninggalkan sebuah luka dan duka perpisahan. Namun cinta, tak selalu berada pada satu titik lemah, cinta akan pergi dengan segala sisa maupun remah dan luka yang ia tanggung sendiri. Kemudian cinta, akan menemukan sebuah tempat, dimana ia akan mengobati luka, mengumpulkan remah dan beristirahat hingga ia kembali menulis cerita baru dengan sosok yang berbeda, ditempat yang tak pernah sama, dengan cerita yang mungkin akan menjadi penutup perjalanan cinta itu sendiri.

Karna cinta akan selalu berlabuh ditempat yang berbeda, dengan sosok yang tak sama.

Kamis, 19 Desember 2013

A cup of Chocolate 2


Aku tak pernah lupa bagaimana kejadian itu terjadi, ia begitu cepat pergi dan cerita kami usai.

Percakapan tadi baru saja membuka buku lama yang sudah seharusnya aku tutup rapat-rapat. Sudah seharusnya aku berhenti membicarakan dia, dia yang menghancurkan mimpi yang sudah aku rancang sedemikian rapi, menghancurkan harapan yang sudah aku susun baik-baik. Semua hancur begitu saja, nyaris hanya meninggalkan sebuah luka, kenangan dan tentunya pelajaran yang sangat mendalam untuk diriku sendiri.

Dion, lelaki yang juga sepupu ku sendiri itu baru saja menyentuh luka yang hampir sembuh, ia baru saja mengingatkanku pada sosok Deo, lelaki yang seharusnya saat ini menjadi suamiku.

Angin malam begitu menusuk, kuat hingga aku tak mampu berlama-lama berada diluar apartemen. Dengan diiringi lampu jalan dan langkah yang terbata-bata aku berjalan hingga pada akhirnya sampai didepan pintu apartemen ku. Gagang pintu itu terlalu dingin, tangan ku sendiri terasa kaku untuk membuka pintunya, mungkin pengaruh udara dan pendingin ruangan yang sedang berkolaborasi malam itu. Perlahan, seperti membunuhku.

Setelah pintu terbuka, aku menghidupkan sakelar lampu yang berada di sisi kanan dinding setelah pintu. Tampak ruangan berwarna coklat berdesain klasik eropa ini begitu menenangkanku. Aku melirik jam dinding, sudah pukul 22:00 malam, itu artinya aku menghabiskan separuh waktuku diluar. Aku mengecek handphoneku, menghubungi mama semalam ini untuk memastikan apakah mama baik-baik saja.

"Hallo, rahajeng wengi mah, mamah sudah tidur?" tanyaku ketika deringan ketiga diangkat mama.

"Rahajeng wengi juga sayang, mama belum tidur" terdengar suara lembut dari ujung sana yang begitu menenangkan. Ya, mendengar suara mama yang sepertinya baik-baik saja sudah cukup menenangkan ku, apalagi jika aku bisa bersandar dipundak mama untuk saat ini.

"Kenapa mama belum tidur, ini sudah malam"

"Mama hanya ingin memastikan bahwa kamu baik-baik saja disana, kamu baik-baik saja kan nak?"

"Andah baik-baik saja mah disini, mama jaga kesehatan ya...andah sayang mama".

"Mama juga sayang Andah, yasudah mama istirahat dulu ya rahajeng wengi"

"Rahajeng wengi juga mah" Aku mengakhiri telpon malam itu. Suasana hatiku menjadi tenang kembali saat tau bahwa mama baik-baik saja.

**
Kembali kepada pemikiran ku sebelum sampai diapartemen. Deo...bagaimana kabarnya sekarang? Dimana dia? Aku benar-benar ingin bertemu dengannya, memastikan apakah dia jadi menikahi wanita pilihan mamanya. 
Rasa penasaran semacam ini yang terkadang membunuh diriku sendiri. Berusaha mencari tau kesana kemari, namun terkadang usaha ku sia-sia. 
Aku berdiri membuka jendela besar disebelah kiri tempat tidurku, memandangi kota ini saat malam. Pemandangan seperti lampu-lampu, rumah penduduk, dan jalanan begitu indah saat malam apalagi jika dilihat dari ketinggian. Ya, aku sangat menyukai pemandangan kota pada malam hari. 
Tiba-tiba terlintas di pikiranku, bagaimana jika pada akhirnya aku dan Deo bertemu disini? Bagaimana jika kami..........Denting jarum jam menandakan pukul 23:00, dan aku tersadar sudah hampir larut malam dan aku hanya menghabiskan waktuku begitu saja. Aku beranjak tidur, berharap esok pagi akan menjadi lebih baik. 

**
Jam berdetak begitu kencang, pukul 07:00 pagi aku terbangun dari tidur yang lumayan panjang. Memandangi sekitar, ini pagi pertamaku dikota ini. Aku berjejak menurunkan langkah kakiku untuk membuka jendela, pagi ini cukup cerah untuk kembali beraktifitas dikota ini lagi. Dan aku akan pergi ke apartement dimana Dion dan istrinya menetap. 

**
Pukul 09:00 aku sudah sampai disana, dengan penuh semringah aku dan istri dari sepupuku berbicara, mulai dari masa pernikahan mereka, hingga saat ini dimana Siska tinggal menghitung hari untuk melahirkan. Dan ya, aku punya keponakan baru, itu sebabnya aku ingin tinggal dikota ini. Percakapan kecil kami berujung pada sebuah pertanyaan, pertanyaan yang sudah aku duga sebelumnya. 

"Andah, mengapa tiba-tiba semuanya batal" dengan perlahan dan masih tetap menjaga perasaan ku Siska mengeluarkan pertanyaannya. 

"Ia sudah memilih wanita lain" kali ini aku berusaha meyakinkan hati dan diriku bahwa aku sanggup mengatakan yang sebenarnya. 

"Bagaimana bisa?" 

"Lain kali, aku akan menceritakan ini padamu" aku menata hati yang kemudian saja hancur ketika harus mengingat kejadian itu. 

"Baiklah, jika itu mau mu, bagaimana kalau kita berangkat sekarang saja?"

"Itu lebih baik" aku menyeruput teh terakhir dan bergegas pergi. 

**
"Siska ini bagus, mau coba lihat?" aku mengandeng Siska menuju box bayi berwarna coklat. 

"Bagus, Andah sepertinya kamu sudah cocok menjadi ibu rumah tangga" ia menggoda ku sambil memilah box yang aku sarankan tadi. 

"Bagaimana? Jadi beli?" 

"Boleh..ini sudah pas" ia kemudian menemui petugas untuk memesan box bayi berwarna coklat tadi. 

Aku mengelilingi toko bayi ini, memilah milah kemudian ingatanku kembali melayang... "Andai saja pernikahan itu tidak batal...mungkin saat ini.."

"Andah?"  suara yang sudah tidak asing lagi mendarat dihadapanku. 

Aku membalikan badan...kemudian...rasanya sulit percaya bahwa yang baru saja memanggilku adalah..Deo. 

*bersambung ke part 3* 



Rabu, 11 Desember 2013

Ketika cinta berbicara, adakah yang mendengar?


Beberapa kali kecewa
Beberapa kali terluka
Namun ia selalu sabar menanti
Walau nanti ia juga akan mati. 
Beberapa kali di khianati
Beberapa kali diabaikan
Namun ia tak pernah berganti
Walau pada akhirnya ia akan bertemu pilihan lain.

Beberapa kali bertahan
Beberapa kali berjuang
Beberapa kali melawan
Beberapa kali berada diujung
Namun ia tak pernah bosan
Namun ia tak pernah urung
Namun ia tak pernah tertekan
Namun ia tak pernah berhenti berjuang.

Walau kadang diabaikan,
Walau kadang tak pernah digubris,
Walau kadang diduakan,
Walau kadang selalu dijadikan pelarian.

Namanya juga cinta yang tulus.
Namanya juga cinta yang iklhas.
Kepada siapapun yang singgah,
Kepada siapapun yang datang,
Kepada siapapun yang terluka,
Cinta akan selalu tulus mengobati
Walau kadang tak pernah perduli akan luka yang ia tanggung sendiri,
Walau kadang beberapa hanya "datang"
Walau kadang tanpa ada sebuah kepastian.

Cinta yang tulus tak pernah memilih jalan lain,
Selain setia.
Cinta yang tulus tak pernah menempuh jalan berpisah,
Selain berusaha bersama.

Begitu cinta yang tulus berbicara,
Adakah kedua telinga saling mendengar?
Jika ada,
Mengapa sebuah cinta yang tulus bisa pergi begitu saja? 

Ketika cinta berusaha mengobati,
Adakah bagian kita yang saling menyadarkan?
Jika ada,
Kenapa cinta harus kembali membenahkan diri bersama waktu?

Jika ada yang mendengarkan cinta,
Kenapa selalu ada kata mendua?

Namun cinta tak pernah menuntut balas, 
Tak pernah ikut mengabaikan walau diabaikan,
Tak pernah mencoba menduakan,
Walau kadang harus rela berbagi.

Cobalah dengar cinta,
Cobalah perjuangkan ia,
Cobalah mengerti bahwa cinta butuh didengar,
Bukan sekedar pengabaian, belaka. :")

Kamis, 21 November 2013

Sepucuk Surat Cinta Baru


Sepucuk surat cinta baru.
Bukan sebuah surat berwarna merah jambu.
Sepucuk surat cinta baru.
Tanpa sebuah mawar sebagai simbol yang padu.
Sebuah surat cinta baru.
Tanpa sebuah pita.
Sebuah surat cinta baru.
Tanpa sebuah tinta.

Sebuah surat cinta baru.
Dan kemudian sampai dengan sempurna.
Sebuah surat cinta baru.
Dan kemudian mengganti duka tak bernama.

Sebuah surat cinta.
Yang tertulis sederhana.
Sebuah surat cinta.
Yang hadir dengan sempurna, sekali lagi walau tanpa sebuah bunga.
Sebuah surat cinta.
Yang mengisyaratkan cita.
Sebuah surat cinta.
Yang menghapus semua pedih luka.

Surat cinta itu telah sempurna sampai.
Surat cinta itu sangat sederhana.
Surat cinta itu begitu manis walau tanpa bunga.
Surat cinta itu tertulis bukan sekedar bahasa biasa.

Tentang sebuah surat cinta.
Tentang seorang pengirim.
Tentang sebuah harapan yang ditulis disetiap goresan pena.
Tentang seseorang yang sudah berhasil menjadi bagian.

Minggu, 17 November 2013

A cup of Chocolate


Entah sudah berapa lama aku menunggu mendung disini. Entah sudah berapa kali jarum jam ini berputar namun kau tetap tidak datang. Aku menikmati mendung, dikota ini untuk pertama kalinya. Aku masih melirik bangku yang ditadinya masih ditempati oleh dua orang anak berumur lima tahun. Mereka melihatku dengan tatapan bahagia, tersenyum seperti pernah mengenalku. Mendatangiku, dan mengajak ku bergabung dengan mereka, menceritakan sebuah dongeng, sambil melepaskan beberapa balon yang mereka beli dari seorang penjual balon. Setelah balon itu dilepaskan, mereka bahagia. Sangat bahagia. Setelah sebelumnya mereka menyelipkan kertas yang berisikan harapan mereka kemudian diikat bersama benang, untuk diterbangkan ke langit bebas, walau langit itu sedang abu-abu. Mereka tak perduli dengan warna langit, yang mereka tahu melihat balon itu terbang bebas melayang dilangit, sudah cukup. Sesekali mereka melambaikan tangan, memberi isyarat selamat tinggal kepada rangkaian balon yang membawa serta harapan mereka terbang. Setelah balon itu tak terlihat sama sekali, mereka tersenyum, hanya tersenyum.

"Terimakasih kak, sudah menemani kami bermain, kami pulang dulu kak" kemudian mereka berpamitan kepadaku yang masih saja terdiam melihat kebahagiaan mereka barusan. Kemudian mereka meninggalkanku dengan dua bungkus permen yang mereka titipkan ditelapak tanganku, dan berlari kecil hingga hilang dari tangkapan mataku. Aku masih terdiam untuk beberapa menit kemudian. Bahagia, memang sangat sederhana.

Aku kembali melirik jam tangan,hari hampir gelap. Mendung hampir pulang digantikan oleh petang, lelaki itu tak kunjung datang. Aku tak berhasil mengamati sekitar, tak berhasil memfokuskan kinerja otakku untuk mengamati ilalang-ilalang yang tertiup angin. Pandangan ku tertuju pada ilalang bergerak kesana kemari. Ilalang itu sederhana, ia hanya mengikuti kemana angin membawanya bergerak. Ilalang itu begitu mempesona. Hari kian petang, mendung mulai bergeser. Lampu-lampu penerang jalan satu persatu sudah hidup. Jam sudah menunjukkan pukul enam, itu artinya sudah hampir dua jam aku menunggu. Aku merapikan jaketku, mengikat rambutku dan meraih tas yang berada disebelahku, melangkahkan kaki untuk kembali pulang.

"Anda....tunggu sebentar". Suara itu menghentikan langkahku yang baru beberapa jengkal meninggalkan bangku yang tadinya ramai itu. Aku menoleh kebelakang, menghentikan langkahku. Seketika aku terdiam, lelaki itu datang! Iya dia datang walau terlambat!

"Dioooon!" aku memeluknya dengan erat. Dion adalah sepupuku yang berjanji menemui ku sejak dua hari setelah kedatanganku kemari. Namun, ia selalu membatalkan janjinya dikarenakan pekerjaannya yang terlalu banyak menyita waktunya.

"Sudah lama?" tanya nya kemudian mengajak ku duduk kembali dibangku itu. Kami mengobrol untuk beberapa menit kedepan kemudian memutuskan untuk pindah kesebuah tempat makan favoritku dulu selama tinggal dikota ini.

**
"Oh iya, dimana istrimu?" tanyaku sambil menyeruput teh hangat yang baru saja diantarkan oleh pelayan. 

"Dia ada apartemen, oh iya dia menanyakan kabarmu, katanya kau harus menemuinya."

"Menemuinya? Memangnya ada apa? Bukankah ia sedang sibuk menyiapkan segala perlengkapan untuk kelahiran anak pertama kalian?"

"Mungkin... ia butuh teman untuk berbelanja, aku harap kau besok bisa menemuinya dan pergi bersamanya karena aku harus mengurusi pekerjaan keluarga kita". 

"Baiklaah..kalau itu perintahmu dan aku memang tidak sedang sibuk besok pukul delapan aku akan berkunjung kesana, bagaimana?"

"Baiklaaah, oh iya bagaimana kabar Tante Anne dan Om Hendrik disana? Aku dengar kemarin Tante sakit?"

"Mama memang sempat masuk rumah sakit sebelum aku berangkat kesini, tapi sekarang mama sudah kembali pulih lagi."

"Ndaaa...ada yg ingin kutanyakan..."

"Ada apa?"

"Bagaimana dengan rencaana pernikahanmu?" Bukankah kau akan melangsungkannya tahun depan?"

"Sudahlah, aku sedang tidak ingin membicarakan hal itu. Aku tidak punya harapan apa-apalagi".

"Ada apa memangnya bukannya urusan mu hampir selesai? Undangan sudah jadikaan?"

Aku menggeleng, enggan mengeluarkan sepatah kata apapun. Hanya sisa tusukan yang kurasakan, nafsu makan ku berhenti seketika. Tak ada lagi keinginan untuk berkata apa-apa.

"Baiklah jika kau tidak mau menjawab, aku tidak akan memaksa."

Seakan rasa bersalah menghantuiku lagi, bukan rasa bersalah tepatnya rasa ingin marah, kesal sekaligus kecewa yang hanya berkecamuk dihati saat ini. Aku menghentikan sandiwara topeng kali ini, aku ingin marah, ingin menangis bahkan ingin memberontak sejadi-jadinya. Hati ini sudah cukup lelah. Aku memutuskan untuk pamit.

Aku berjalan menuju arah pulang, tanpa ada lagi bahagia.


*bersambung*





Jumat, 15 November 2013

Kepingan


Beberapa keping itu terpisah.
Sebagian menetap dengan setia.
Beberapa keping itu menyerah.
Sebagian lagi pergi tak berdaya. 

Beberapa keping itu menghilang.
Melanglang tanpa tujuan.
Bererapa keping itu menghilang.
Pergi dengan tenang, bersama angan. 

Beberapa keping yang seharusnya pergi. 
Beberapa keping yang harusnya mati. 
Beberapa keping yang sudah seharusnya tak kembali. 
Beberapa keping yang seharusnya pergi.

Kemudian keping itu kembali. 
Kemudian keping itu menyatu. 
Kemudian keping itu berada disini. 
Kemudian keping itu mulai bersatu. 

Keping itu cinta. 
Keping itu rindu. 
Keping itu kecewa. 
Namun keping itu  bahagia yang tidak semu. 

Keping itu datang, menggandeng satu keping dan satu keping lain. 
Berjalan mencari bagian bagian yang hilang. 
Keping itu memulihkan. 
Keping itu kembali, tak lagi gamang.

Keping itu tak lagi keping untuk saat ini. 
Melainkan utuh yang saling menguatkan. 
Keping itu tak lagi kosong sendiri. 
Melainkan kita yang saling menguatkan. 

Tak ada lagi keping yang tertinggal.
Tak ada lagi keping yang berjauhan. 
Tak ada lagi keping yang saling kekurangan. 
Tak ada lagi keping yang tak saling mengisi ketika keping-keping bahagia mulai melekat. 


Kamis, 31 Oktober 2013

Mungkin Cinta




Mungkin cinta yang datang tanpa kita sadari.
Mungkin cinta yang hadirnya mengundang bahagia.
Mungkin cinta yang diamnya turut menghadirkan penasaran.
Mungkin cinta yang mulai menabur rindu.
Mungkin cinta yang mendekap kita.
Mungkin cinta yang mulai menyimpan cemburu.
Mungkin cinta yang disebut tanpa kata.
Mungkin cinta yang meninggalkan rindu.
Mungkin cinta yang tengah mengisi hari-hari kita.
Mungkin cinta yang kini ada.
Mungkin cinta.

Minggu, 29 September 2013

Sebuah bait tak bernama :)


Setelah kita sama-sama melupakan senja.
Membuatnya tak bernama sedikitpun.
Ketika rona senja bukanlah sajak bahagia,
Ketika rona senja, berubah menjadi sajak luka,yang harus di cermati secara perlahan.
Setelah puluhan hari terpisah,
Setelah luka-luka yang pernah basah berujung pulih,
Setelah keadaanku,jauh lebih baik dari saat kita terakhir bertemu,
Setelah seluruh perasaan ku mulai kembali menyatu bersama rindu.

Ratusan hari kita berbagi cerita.
Ratusan hari kita menoreh tinta.
Ratusan hari kita belajar saling mengerti.
Ratusan hari kita belajar saling memahami.
Ratusan hari kita betahan,
Ratusan hari kita berjuang,
Ratusan hari kita melawan,
Ratusan hari kita melewati sebuah perang.

Dua mata,dua logika
Dua hati, dua nurani,
Dua tanya, dua doa,
Dua harapan, dua tujuan.

Dapatkah keduanya menyatu tanpa kita?
Dapatkah keduanya hadir jika tanpa kita yang meminta?
Dapatkah keduanya menyatu tanpa sebuah usaha?
Dapatkah keduanya berjalan dengan baik,saling berirama?
Bagaimana perasaan hati yang sudah pergi?
Dibawa rindu kesana kemari,
Dicampakkan oleh ratusan harapan.
Pergi bersama luka yang sengaja ditorehkan?

Dibalik tawa kita yang kita persembahkan untuk hati,
Akan ada senyum kerelaan untuk hati yang sudah pergi,
Dibalik tangis kita yang sama-sama pernah membungkam malam,
Akan ada waktu dimana kita akan bertemu dalam diam,
Diam yang beku,
Diam yang tak berarti apa-apa,
Terlalu dingin untuk nyata,
Namun belum cukup hangat untuk sebuah maya.

Senjanya sudah kembali seperti biasa,
Hati ini sudah sembuh dan berhenti mengeluh,
Seduhan rindu dan jingga,
Akan datang untuk sebuah bahagia :)



Puisi akhir september - Laras Nindya Malini.

Senin, 05 Agustus 2013

Happy 30 Days!!


*sebuah catatan bangun tidur yang mungkin agak random*
*backsound alarm antelope*

Well, catatan ini adalah catatan paling random yang pernah terjadi. Ceritanya, catatan ini dibuat pas bangun tidur (baca : bobo cantik) dipagi yang mendung ini *tsaah*. Catatan ini sebenarnya sangat spontan dan mungkin isinya.... rada ngga jelas-able banget.

Senin, 05 Agustus 2013..
Mendadak keinget sama kejadian tepat satu bulan yang lalu. Kejadian yang benar-benar ............ ah sudahlah hentikan saja ceritanya. Seperti pada penjelasan awal, jika ini didedikasikan untuk menjadi salah satu post random.

Pagi ini, dengan mata "setengah bengkak" saya bangun dengan terpaksa. Dengan sangat terpaksa bangun dihari ini maksudnya. Udah sebulan, saya berkutik dengan kehidupan saya sendiri, tidak perduli kabarnya dan lainnya. Sudah sebulan saya menyingkirkan segala,dan seluruh perasaan saya, namun pada akhirnya perasaan itu kembali seperti biasa. Masih ada sisa yang tersisa.

Well, happy 30 days, entah kenapa ini harus dikasih selamat.

Kamis, 20 Juni 2013

Hol(in) deadline day! :3

selasa, 18 Juni 2013 ..

setelah menyepakati rencana berlibur lebih kurang seminggu sebelum keberangkatan, akhirnya kami memutuskan untuk berangkat pada hari selasa yg dimulai pukul 04:00 subuh hari.

kami berjumlah 14 orang dengan rincian sebagai berikut :
Mobil 1 :
Bang Fahrul
Annisa Yulianti
Saldi
Ananda Archie
Shahnaz Khumaira
Habibi
Galih

Mobil 2 :
Benedictus
Laras Nindya
Ester Kristian
Erwin Bastian
Yvone Tamara
Gousantya
Aristya

perjalanan pertama, aku memasang alarm sekitar pukul 03:30 setelah setengah 12 malam baru tertidur pulas. selesai mengemasi beberapa perlengkapan untuk dibawa esok hari dan membuat kesepakatan dengan bene untuk duduk didepan, akupun tertidur hingga alarm membangunkan ku dengan sendirinya.

pukul 03:30 aku terbangun,dengan setengah mengumpulkan nyawa aku segera mengecash hp dan menulis bbm yang kutujukan kepada si bene.
"justwkup ben =))" kataku sambil mengambil handuk, kemudian mandi. bisa bayangin? mandi jam segitu rasanya kaya gimana? seger, tapi dingin. karna aku kebiasaan kudu mandi saban mau jalan, ya jadinya aku harus ndue waktu buat prepare lebih.
setelah mandi, aku mengganti baju, kali ini kupilih menggunakan mini dres simple berwarna biru, yang kupadukan dengan legging hitam dan kerudung berwarna biru doker. setelah siap, aku bergegas sarapan (emg udah bisa dibilang waktu sarapan?) kemudian meminum obat anti mabuk --".
beberapa menit kemudian, adzan subuh sudah berkumandang, setelah mengambil wudhu aku menunaikan kewajiban terlebih dahulu. selang lima menit setelah kewajibanku selesai, bene sudah mengklakson dan bbm-nya sudah mendarat di hp ku yang sudah terlepas dari sambungan listrik. aku membukakan pintu dan pagar agar bene memutar stir mobil terlebih dahulu, kemudian masuk kedalam mobil dan pergi menjemput yang lain. didalam mobil, sudah ada ester soalnya bene ngga tau rumahku, makanya dia jemput ester terlebih dahulu.

kami memulai perjalanan setelah menjemput yvone, membeli bensin kemudian menjemput aristya dan gousantya dan yang terakhir "superman" alias bastian. setelah kami bertujuh lengkap, kami meneruskan perjalanan untuk pergi bersama-sama rombongan mobil satu. di tugu khatulistiwa, kami bertemu wkwk :p
setelah kedua mobil saling bertemu, kami sama-sama meneruskan perjalanan menuju rumah shahnaz di singkawang, terlebih dahulu sekitar pukul 08:00 kami berhenti untuk sarapan, sambil membeli bensin lagi untuk melengkapi kebutuhan bensin kami yang agak limit --". setelah selesai sarapan, kami melanjutkan perjalanan kerumah shahnaz dan tiba dirumah shahnaz sekitar pukul 10:30. setelah singgah dirumah shahnaz dan dijamu makan siang, kami memutuskan untuk mencari masjid, kemudian melanjutkan perjalanan ke pasir panjang. akhirnyaaaaa...pantaaaaaaaaai!!
sebelum kepasir panjang, kami memutuskan untuk singgah kerumah minum, dan membeli minum kemudian melanjutkan lagi perjalanan kepasir panjang sambil menunggu teduh :)
kami tiba dipasir panjang sekitar pukul 14:30 kemudiaaan bersiap-siap menceburkan diri kepantai! like this :












dan yang ini waktu dipantainya :)





lalu rindu alam :') 














ketika deadline, mengharuskan kita untuk liburan :')


Kamis, 30 Mei 2013

Lelaki paruh baya dan sepeda tua

jadi, ceritanya ini bukan cerita tentang kegalauan, atau segala macamnya, well ini posting  pertama aku mungkin, tentang kehidupan sosial.

tadi siang, sekitar pukul 14:00 waktu indonesia bagian barat, yang belum berubah hatiku tiba-tiba ... melihat keadaan
dimana, ada seorang lelaki paruh baya, katakan mungkin umurnya sekitar 70-an yang dengan kekeh mengayuh sepedanya hingga berhenti disebuah gerobak yang menjual es tebu siang hari ini.
lelaki paruh baya itu menggunakan celana pendek, berwarna coklat muda yang sedikit sudah robek dibagian bawahnya dan paduan kaos bergaris-garis coklat yang sudah hampir usang bahkan terlihat sudah kotor.
dengan sepedanya, lelaki itu berhenti didepan sebuah gerobak es tebu di depan sebuah sekolah swasta di kawasan ayani siang hari ini.
ia meminta kepada ibu-ibu penjual es tebu untuk membuatkannya segelas es tebu.
"bapak mau berapa gelas?" tanya ibu-ibu penjual es tebu itu
"satu saja bu" sambil mengisyaratkan angka 1 lewat telunjuk tangannya yang sudah mulai keriput itu.
dengan sigap, si ibu penjual es tebu tadi memberikan segelas es tebu itu kepada lelaki yang terlihat sering mengusap keningnya dengan tangan kanannya.
"berapa bu?" tanya nya sekali lagi
"Rp.2000 saja pak" jawab penjual es tebu
kemudian ia mengelurakan uang 2000-an dari kantong plastik hitam yang sengaja disangkutkan di stang sebelah kiri sepedanya. ia menyeruput sedikit es tebu itu setelah membayar es tebu itu, kemudian menepikan sepedanya dan duduk di trotoar untuk beristirahat sebentar.
mungkin ia lelah, entah berapa lama ia duduk ditrotoar sambil menghabiskan es tebunya, dan sesekali mengibaskan topi kearah wajahnya.
ia memperhatikan riuh jalan yang tak kunjung putus, ratusan kendaraan yang hilir-mudik tanpa henti dibawah terik matahari siang ini.
aku memperhatikannya dari kejauhan, ia merapikan kantong hitam yang tergantung disebelah kiri stang sepedanya, dan merapikan kantong putih yang berukuran cukup besar yang ia gantung disebelah kanan stang sepedanya.
lelaki paruh baya itu berdiri, membenarkan posisi topi dan sandal jepitnya, ia kembali mengayuh sepeda tuanya hingga hilang di makan lalu lalang kendaraan yang lewat.
lebih kurang 5 menit lelaki tua itu duduk diatas trotoar, mengamati jalanan dan cuaca yang kurang bersahabat untuk pengguna sepeda sepertinya, kemudian pergi...


tersisa..
aku seorang remaja putri yang tatapan matanya tidak lepas memperhatikan kegiatan lelaki paruh baya itu.
aku mengamatinya, dimulai dari ia membeli segelas es tebu, hingga ia kembali menghilang ditelan padatnya jalanan.
aku masih duduk tenang, diatas sebuah beat hitam yang kuparkir didekat sebuah pohon sambil meneruskan proses menunggu adik bungsuku keluar kelas, masih lengkap dengan almamater dan kerudung berwarna hijau tosca yang kukenakan hari ini.
sesekali aku membuka helm, rasa pusing yang sudah kuderita beberapa hari ini membuatku tidak terlalu mampu meletakan benda berat bernama helm diatas kepalaku, lebih lama.
aku lebih memilih membukanya dan membiarkan kepalaku terasa lebih ringan sedikit.
aku masih menikmati hiruk-pikuk jalanan yang cukup ramai, terik matahari yang hampir redup, dan rasa pusing dikepalaku yang melengkapi siang hari ini.
aku mengeluarkan handphone sejuta umat berwarna putih dari kocek sebelah kanan almamater, membuka uber social yang tak kunjung jalan, bahkan jaringan saja bisa GSM :| ... kecewa.
akhirnya aku putuskan untuk mengupdate PM "karena orang tua rela melakukan apa saja demi kebahagiaan anaknya".
awalnya aku mau mengupdate sesuatu di akun twitter, namuuuuun jaringan sepertinya enggan bersahabat dengan ku siang itu, kebosanan memeluku dengan erat.
aku putuskan untuk memilih bagian aplikasi dari layar berwarna pink bunga-bunga, menekan bagian memopad...dan terbitlah cerita ini. ( Kamis, 30 Mei 2013 - 14:36)

ya, terbitlah sebuah catatan untuk mengisi kebosanan ku hingga pukul 14:45, awalnya aku membaca sebuah novel yang dipinjamkan teman sekampusku, "heart emergency" lalu baru satu halaman aku menutupnya dan mengamati lelaki paruh baya yang sepertinya bisa kujadikan objek menulisku kali ini. jujur saja, jika membahas tentang cinta, rindu dan sahabatnya maka deret entri blog ku akan penuh dengan kalimat-kalimat puitis yang mengalir begitu saja dari jemari-jemari tanganku yang sudah tidak bisa terpisah dengan dunia tulis-menulis. awalnya, aku juga membaca sinopsis naskahku sendiri, dan kututup kemudian kukembalikan kedalam ransel ku dan berlanjut dengan membuat catatan seperti ini. ya, bisa dibilang ini catatan yang jadi hanya dengan waktu 15 menit saja.

petikan pelajaran siang ini, dari seorang lelaki separuh baya yang kuamati adalah..
bahwa peran ayah sangat besar, yang ku amati lelaku itu pekerja serabutan, terlihat bagaimana penampilannya barusan.
peran seorang ayah dalam rumah tangga sangat dibutuhkan, tanpa ayah mungkin anak istri tidak ada yang makan nasi, mungkin mereka tidak makan.
lelaki itu, gambaran betapa besar kasih sayang seorang ayah terhadap keluarganya... ya suddenly aku jadi ingat orang tua ku dirumah.
kembali mengobrak-abrik ingatan bahwa ya, ibu pernah bilang "laras kecil, tidak pernah bisa melihat ada bapak-bapak atau ibu-ibu yang sudah keriput masih jualan" ya seingatku aku akan berlari kedalam kamar, jika mengintip jendela dan mendapati mamang-mamang penjual putunya sudah tua dan bertanya pada nenekku "mbah, yg jual putu udah tua atau masih muda?" jika nenek ku mengatakan sudah tua maka aku dengan spontan akan memanggil penjual putu itu dan membeli walaupun hanya 3-5 butir saja.
sudah seharusnya, mereka beristirahat dirumah, bukannya pergi mencari nafkah.

jadi intinya cerita ini lahir dari tangan jahilnya laras waktu ngisi kebosanan :D






Jumat, 17 Mei 2013

Ini Untuk Ibu♥

jumat, 17 may 2013.

hari ini, hari kelahirannya ibu. sudah 42 tahun ibu dititipkan sama Allah untuk menjalankan sebagian takdirnya yang sudah digariskan oleh Allah.
sudah 42 tahun, ibu hidup dengan pengalamannya, sudah banyak hal yang didapati ibu untuk mendidik anaknya agar  menjadi seseorang yang sukses, juga bisa jadi ibu yang baik jadi anaknya kelak.
sudah hampir, 19 tahun ibu merawat dan membesarkan aku.
memperhatikanku mulai dari hal yang paling partikelnya paling kecil hingga yang paling besar.
sudah hampir 19 tahun ibu mendidikku, menjadi anak yang berbakti untuk kedua orang tua, berguna untuk semua orang, istri yang baik bagi calon suaminya nanti, serta calon ibu yang tentunya dapat mendidik anaknya dengan baik.
ibu selalu mengajariku banyak hal, meski terkadang ibu harus mengomeliku agar aku bisa mengerjakan segala sesuatunya dengan baik.
bagi ibu, melihat anaknya dapat mengurus rumah dan memiliki prestasi yang baik sudah cukup.
tidak hanya itu, ibu juga mau anaknya memiliki akhlak yang baik, selalu berdoa dan menyerahkan segala urusan kepada yang diatas.
menurut ibu bahagia itu sangat sangat sederhana, tidak seperti kasihnya yang tidak pernah sederhana.
kasih sayang ibu selalu luar biasa, meski kasih sayang ibu tidak pernah kita rasakan.
tapi, cobalah diam sejenak.
perhatikan hal-hal didekatmu, bisakah kau tumbuh besar dan sempurna tanpa kasih sayang seorang ibu?
bisakah kau berjalan dengan lancar tanpa bimbingan seorang ibu?
membaca, menulis dan banyak hal lain yang semuanya berasal dari ibu.
pernahkah berfikir jika ibu adalah bagian dari hati kalian yang sebenarnya?
ibu, selalu punya feeling kepada buah hatinya.

ibu itu segalanya.
malaikat yang nyata untuk kita.
bisakah kita rasakan?
sudahkah kita berhasil membalas kasih sayang beliau?
kasih sayang beliau tidak pernah terbalas, sedikitpun kita tidak akan bisa membalasnya.
wujud anak suksespun, belum cukup untuk membalas kasih sayang seorang ibu.

bayangkan saja...
ibu rela mengandung kita selama 9 bulan.
menggendong perut besarnya kemana-mana,
rasa sesak, gatal, capek dan lain-lain sudah terlebih dahulu hinggap.
tapi, apakah ibu pernah protes?
apakah ibu pernah mengeluh?
apakah ibu pernah menyia-nyiakan kita?
ibu selalu sedia merawat kita sejak kecil.
sejak kita masih berbentuk zigot.
kemudian berkembang hingga menjadi janin.
ibu selalu memikirkan kesehatan kita, demi menjaga kita dari ketidaksempurnaan.
bayangkan, sudah berapa banyak uang yang ibu keluarkan untuk membeli vitamin kita?
lantas, apa pernah ibu mengakumulasikannya ketika kita sudah sukses?
apa pernah mendengar kalimat "ganti uang ibu"?

lalu ketika melahirkan..
apa perasaan seorang ibu ketika melihat tangisan anaknya pecah?
lalu seorang bidan atau dokter mengatakan..
"anak ibu lahir dengan sempurna"
masih ingatkah kita dengan senyum bahagianya?
kita tidak akan pernah ada, tidak akan pernah hidup sebagai anak tanpa seorang ibu.

ibu adalah wujud malaikat nyata.
yang dikirimkan Allah untuk menjaga kita selama ibu masih diberikan waktu.
lalu apakah pantas kita menyakiti hati seorang ibu?
bukankah ibu terlalu sempurna untuk disakiti?
lalu apakah pantas kita membentak seorang ibu jika ibu melakukan salah?
pernahkah ibu membentak kita ketika kita memecahkan gelas?
tidak bukan?
lalu apakah masih pantas kita membentak beliau?
menganggap omelan dan larangan beliau itu bencana?
seorang ibu, tidak akan pernah berniat menjerumuskan anaknya.
seorang ibu hanya ingin yang terbaik untuk anaknya.
bersyukurlah kita yang masih punya ibu.
masih mendengar omelannya setiap pagi.
masih menjadi tempat kita untuk mengeluh.
menyimpan kebahagiaan dan harapan.
segalanya...
karna ibu, adalah setiap bagian waktu kita, yang harus kita jaga agar tidak berakhir sia-sia.

Selasa, 07 Mei 2013

Perempuan Dalam Mimpi [Episode 2] #flashfictionbersambung

Aku masih duduk dikursi itu,mungkin gadis itu masih berfikir siapa aku? Kenapa aku mendadak menjadi sok kenal pada malam itu. Atau mungkin saja ia berfikir aku sedang mengalami depresi tingkat akut. Dia meninggalkan tempat itu, dengan langkah kaki yang teratur dan aroma yang masih tersisa dibangku itu.

Aku meneruskan kembali pekerjaanku, mulai berteman dengan keyboard laptop dan secangkir kopi yang baru kuseruput setengah cangkir saja. Pikiranku masih melayang-layang mengamati dari dalam ketika perempuan itu sudah mulai menyebrang jalan.

Perempuan itu menghilang, jejaknya sudah tidak berbekas, hanya sisa hujan yang baru saja selesai pada malam itu. Aku mencoba memainkan bola mataku, mengamati sekitar dan memutuskan untuk mengemasi laptop dan menghabiskan setengah cangkir kopi dan pergi dengan terburu-buru. Kuharap, aku tidak kehilangan jejak perempuan itu demi memastikan rasa penasaranku yang mulai berjalan seiringan dengan langkahku.

Aku menyebrang jalanan yang sudah hampir sunyi itu, padahal baru saja pukul 08:00 malam, ah mungkin karena tadi hujan,makanya orang-orang tidak ada yang ingin keluar rumah,hawa dingin terlalu menggoda mereka untuk menetap didalam rumah. Aku hampir lupa dengan misiku, mencari jejak perempuan yang sudah terekam jelas rupanya dikepalaku. Aku berjalan dibarengi langkah-langkah mencari perempuan itu, ia baru saja meninggalkan tempat itu sekitar lima belas menit yang lalu, seharusnya jika ia menunggu bus ia masih ada ditempat ini. Ah, ini seperti mimpiku. Kenapa harus ku alami lagi?
Hanya saja aku sudah tidak bisa menjawab rasa penasaran yang disebabkan oleh alam bawah sadarku. Aku hanya bisa gigit jari, rasa penasaranku berhenti sejenak.



Minggu, 05 Mei 2013

Lampion (III)

***

sudah tiga tahun brendha tinggal dan dirawat oleh pasangan kayren dan dafa. ia tampak sudah terbiasa dengan keluarga barunya dan melupakan ayah kandungnya fernando yang sudah hidup bersama wanita yang menyebabkan kepergian ibu kandungnya. brendha sudah terlalu terbiasa tidak bertemu ayahnya, bahkan menaruh benci. sebab ayahnya lah yang membuatnya tidak pernah merasakan kasih sayang ibu kandungnya.

"brendha tidak ingin bertemu papah?" tanya ku pada pagi itu.
"tidak bunda, papah sudah membuat mamah pergi dihadapanku." brenda menjawab bengis pertanyaan ku pagi itu.
"bagaimanapun itu papamu nak," dafa mengelus rambutnya yang tergerai panjang.
"papah? iya, om fernando memang papahku, tapi papahlah yg menyebabkan mamah pergi ayah." brendha seperti tidak ingin membahas masalalunya yang cukup pahit.
aku dan dafa sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi, padahal fernando sudah mengancam kami jika brendha tidak dikembalikan kepadanya.
hal itu bermula ketika fernando mengetahui brendha sudah keluar dari panti asuhan, ia mencari kami hingga pada saat itu..
"kayren!" lelaki bertubuh besar menghampiriku.
"siapa?" kataku yg tak mengenalnya.
"kembalikan brendha kepadaku, atau hidupmu tidak bahagia." dengan nada lantang ia mengancamku sore itu.
"kau siapa?" aku berbalik bertanya.
"aku fernando, suami vero dan ayah dari brendha." ia merapikan kerahnya.
"ayah?, ayah macam apa yang membuang anaknya dan meninggalkan demi wanita lain?" aku meninggalkan lelaki itu dan amarahnya yang masih berkecamuk.

kejadian enam bulan yang lalu sempat membuatku dan dafa pindah kota. kami tak ingin brendha terluka karena watak fernando yang begitu kejam. bahkan ia rela menyiksa anaknya sendiri. kami menggiring brenda pindah kejepang untuk setahun dan kembali lagi ke indonesia, tetapi sayang fernando selalu menemukan keberadaan kami dan dan mengancam kami akan merebut paksa brendha atau kami akan mati. tapi kami tidak pernah takut akan ancamannya, kami merasa kami berada dijalan yang benar.
hingga pada sore itu kami memutuskan untuk mempersilahkan fernando menemui anaknya, dengan catatan tidak akan memaksa brendha pulang, dan fernando menyetujuinya.

"brendha, bunda boleh tanya?" aku merapikan rambutnya yang kusut.
"tanya apa bunda?" ia memutar badannya kearahku.
"kalau papa fernando datang, brenda mau ketemu sama papa?" anak itu terdiam dan menggeleng. sebagai psikolog aku mengerti perasaannya dan tidak berusaha memaksanya mengikuti kehendakku. brendha memang punya hak untuk memilih, mungkin hatinya masih sakit melihat perlakuan papahnya dulu.

"maaf nyonya ada tamu" pembantuku memberi tahu bahwa fernando dan fera sudah berada dirumah.
"iya bi, makasi" aku membenarkan kunciran rambut brendha dan membiarkannya bermain bersama barbie kesukaanya.
"mana brendha?" tanya fernando yang hari itu terlihat lebih bersabar.
"ada dikamar, sepertinya ia tidak ingin bertemu denganmu."
"kenapa?" tanya fernando dingin.
"entahlah........"
"mungkin karena kau pernah menyakitinya" sahut dafa dari belakang.
"tapi biar bagaimanapun dia anakku." entah kenapa fernando terlihat lebih sabar, mungkin hatinya telah tersadar. "aku memang pernah mengkhianati vero, hingga ia bunuh diri tapi aku tidak pernah melupakan brendha anak kami..." air mata dari lelaki bertampang menyeramkan itu menetes.
"aku sudah tidak bisa membantumu, ini kemauan anakmu sendiri fer.." kataku.
"sekali saja, aku ingin bertemu dengannya, setelah itu aku tidak akan mengusiknya lagi..."
"dia tetap tidak mau, mungkin kau bisa kembali beberapa tahun lagi..." aku memberi saran kepada fernando.
"kapan?" tanya lelaki itu.
"ketika usianya mencapai 17 tahun, ia sudah berhak memilih, mengikutimu atau tetap tinggal bersamaku jika ia memilih pergi bersamamu, aku tak akan memaksa, tapi jika ia ingin tetap tinggal disini maka biarkan saja."
lelaki itu setuju dnegan maksudku dan ia pergi diakhiri dengan senyuman sore itu.


17 tahun kemudian........
"brendha, ini papah.." sapa lembut lelaki itu.
"papah kenapa datang? bukankah papah senang melihatku menderita setelah ditinggal mamah?"
brendha sudah dewasa, ia sudah mengerti kejadian yang menimpanya sejak kecil. "papah membiarkanku hidup 3 tahun dipanti asuhan,dan bersenang-senang dengan wanita pilihan papah, itu yg namanya sayang dan perduli pah?". fernando terdiam, bibirnya dingin.
"jadi sekarang bagaimana?" tanyanya bergetar.
"aku tidak akan ikut papah, dan tidak pernah bisa menerima wanita itu (menunjuk wanita yg duduk disamping fernando) dia sudah menyebabkan mamah pergi." brendha meninggalkan kursi dan mengunci kamar.
aku terdiam, rasanya persoalan ini terlalu rumit dan meminta fernando berkomitmen dengan janjinya. fernando pergi bersama rasa kecewa, namun brendha? ia lebih kecewa karena orang yang menghadirkanya dibumi tak dapat ia jumpai selama-lamanya.
ayah dan anak itu sudah tidak sepaham lagi, ketika luka lama membuat mereka saling membenci dan melupakan bahwa mereka satu darah, semuanya terasa menyakitkan bagi keduanya. namun aku dan dafa bisa apa? brendha berhak atas kebahagiaanya,dan kebahagiannya bukan bersama ayah kandung dan ibu tirinya. ia lebih bahagia bersama orang yang tidak ia kenal, yang merawatnya tanpa pernah memberi luka.




sekeras apapun kau memperjuangkan hakmu, ketika salah satu pihak sudah tak bisa menerimamu kau bisa apa? hanya kekecewaan yang tertelan, tersembunyi dibalik luka lama yang belum sembuh. bahkan saling melupakan.
hargai cinta tulus dari seseorang,sebelum rasa benci dan luka kembali muncul dan memisahkan kalian.






Rabu, 01 Mei 2013

Lampion (II)

"bagaimana bisa kalian merahasiakannya dariku?"
"ren, maafkan kami, kami mengerti kondisimu saat itu, mungkin kau sudah benci sekali dengan vero"
"aku, .. aku memang benci saat itu, seakan dia mengkhianatiku, tapi......." perempuan itu tidak melanjutkan perkatananya.
"sudahlah semua sudah terjadi, vero sudah pergi ren .."
"lalu bagaimana dengan anaknya? apa lebih baik aku mengurusi anaknya saja?"
"anaknya ada dipanti asuhan diindonesia, ia menitipkannya terlebih dahulu sebelum ia pergi"
wanita itu mengambil tasnya, kemudian bergegas pergi ..
"mau kemana ren?"
"menemui dafa, sebentar.."
"bukankah kau berjanji akan menemuinya nanti malam?"
wanita itu kembali duduk dikursi bambu dan menghela nafas panjang.
"aku akan kembali ke indonesia besok."
"kenapa secepat itu?"
"aku akan pergi kemakam vero,dan mengurusi anaknya."
wanita itu membereskan baju-baju yang berserakan dan menutup kopernya.
"bagaimana dengan dafa?"
"akan kupikirkan setelah ini.."
ia mengetuk-ngetuk jarinya diatas meja, ia begitu cemas, ia bingung apa yang akan ia katakan nanti saat bertemu dengan dafa? hatinya terlalu kaget mendengar ini semua.


"kayren.." sapa dafa diujung sana.
"dafa, sudah lama?"
"tidak, wajahmu sehabis menangis, ada apa?"
"tidak, aku sudah memutuskan akan kembali ke indonesia besok."
"bukankah liburanmu masih seminggu lagi?"
"aku akan mengurusi anak vero, aku merasa berhutang padanya."
"tidak harus mengorbankan kebahagiaanmu bukan?"
"aku sedang tidak mengorbankan kebahagiaanku, hanya saja aku merasa bersalah saat itu."
pria itu memeluk wanita itu, mengelus rambutnya "kamu tidak salah ren, mungkin vero harus pergi dengan cara seperti ini."
"tapi.. andai aku tidak meninggalkannya sendirian saat itu untuk pergi ke ausi menuntut gelarku, mungkin vero tidak akan seperti ini."
"apa yang ingin disesali, dia sudah pergi sadarlah!"
wanita itu menangis,sehingga ia lupa perasaannya yang masih disimpan pada dafa harus segera diungkapkan sebelum ia menyesali segalanya.
"mungkin aku terlalu berlebihan, oh iya kenapa berada disini?"
"aku mendengar kabar bahwa kau akan ke jepang liburan kali ini, makanya aku mengikutimu sejak dibandara dan didalam pesawat."
"jadi pria itu kau?"
"iya itu aku.. aku tidak bisa membiarkanmu sendirian, maka dari itu aku memutuskan untuk mengikutimu, maaf jika kau risih saat itu."
"lalu... bagaimana dengan kita?"
"kita? itu tergantung sama kamu ren, kamu yang merasakan sakit selama ini dan aku tidak bisa memaksamu kembali jika itu hanya membuatmu sakit."
wanita itu menarik nafas panjang..
"jadi begini, aku sudah dua tahun menunggumu berharap aku sendiri bisa lupa bahwa kau pernah ada, tapi aku tidak pernah bisa menghapusmu, fa."
"sama, aku bahkan benci ketika kau harus memutuskan meninggalkanku sendirian disini dan kembali ke indonesia."
"aku hanya punya cara itu, saat itu meneruskan kuliah disana dan pada akhirnya aku akan menetap disana juga."
"aku mengerti, bahkan kau sudah berhasil mewujudkan mimpimu bukan?"
"mimpi apa?"
"menjadi penulis terkenal? itu mimpimu sejak lama, iyakan?"
"ah sudahlah, aku mungkin sedang beruntung."
"jadi besok kau akan kembali?"
"iya, bagaimana denganmu?"
"aku ikut, disana aku akan melamarmu."
"melamar?"
"iya, aku tidak mau kehilangan kamu, kesekian kali lagi ren."
"secepat itukah?"
"aku sudah menunda terlalu lama..."


"kami berangkat ya gi, felic terimakasih atas bantuannya selama ini" pamit mereka berdua dibandara.
"hati-hati kalian, kami menunggu undangan."
mereka melempar senyum dan bergerak menuju pintu keberangkatan.

di indonesia..
"jadi mau langsung kemakam?" tanya dafa
"iya, langsung saja, oh iya punya alamat panti asuhan itu fa?"
"ada, aku masih mengingat jalannya."
mereka berdua menuju makam vero, dengan segala keheningan air mata yang menetes dari sumbernya memecah keheningan siang itu.
"sudahlah jangan disesali lagi"
wanita itu mengambil sapu tangan dan mengusap air matanya.
"sekarang kita kepanti asuhan mau?"
"boleh, tapi hapus dulu air matamu ya ren"
mereka menapaki jalan menuju panti asuhan mengandalkan ingatan dafa.
"disinikah?"
"iya, turun yuk"


setelah berdialog yang cukup panjang dengan pemilik panti asuhn,akhirnya kami berhasil membawa brendha pulang. brendha baru saja berumur 3 tahun dan ia masih belum mengerti apa-apa tentang kepergiaan ibunya yang sangat tragis itu.
kepolosannya membuat kayren tidak tahan menahan bendungan air mata, dan memeluk brendha dengan eratnya.
"terimakasih telah mengizinkan kami membawa anak ini pulang bu."pamit kayren kepada pemilik panti.
"iya sama-sama, jaga dan rawat brendha dengan baik ya." pesan ibu panti.
kami menapaki jalan pulang bersama balita berambut coklat, bermata biru dan berkulit putih itu, sungguh ia menemukan kebahagiaan keluarga kecil disini.

6 bulan kemudian ...
"selamat ya akhirnya kalian menikah juga" felic memeluk wanita itu dengan erat.
"terimakasih ya felic, gio tanpa kalian mungkin kami takkan pernah bertemu."
"sama-sama oh ya mana brendha?"
"itu sedang bersama dafa, dia sudah menganggap kami sebagai orang tuanya."
"brendha itu cantik, semoga nasibnya secantik parasnya ya"
"amiin....."

begitulah kebahagiana yang diraih kayren bersama dafa, pada akhirnya cerita cinta mereka yang sudah dipenggal jarak dan waktu yang begitu lama bertemu kembali dan menuai kebahagiaan yang baru :)

happy reading! :')


Lampion (I)

Pandangan matanya kesana kemari, tampak ia terburu-buru sambil menyeret kopernya. baru saja taksinya berhenti didepan pintu masuk disebuah bandara dijakarta. ia tampak tergesa-gesa menuju pintu masuk,mencari terminal keberangkatan, ia sudah terlambat lima belas menit dari waktu yang ditentukan.
ia pikir ia akan ketinggalan pesawat yang akan menghantarkannya kenegeri sakura. ia melirik kanan-kiri, semua terasa asing hingga ia memutuskan untuk bertanya pada seorang satpam.
"maaf pak menganggu,boleh saya bertanya?" ia meletakkan kopernya terlebih dahulu.
"iya mbak, ada yang bisa saya bantu?".
"pesawat dengan tujuan jakarta-pontianak sudah take off?"
"maaf mbak, saya tidak tahu untuk lebih jelasnya saya bisa lihat tiket mbak dan bertanya pada bagian informasi?"
"oh boleh pak (ia merogoh jaketnya) ini pak" katanya sambil menyerahkan lembaran tiket.
"tunggu sebentar ya mbak, silahkan duduk dulu."  ia mempersilahkan wanita itu duduk dikursi berwarna hijau.

lima menit kemudian ...
"mbak, pesawatnya belum berangkat sepertinya delay mbak bisa langsung menuju terminal keberangkatan." kata satpam itu mengarahkan wanita itu menuju terminal keberangkatan.
"maaf ya pak merepotkan, terimakasih pak." wanita itu menyeret kopernya.
ia membuka pintu terminal keberangkatan, tampak sudah banyak orang menunggu daritadi.
ia memutuskan memilih kursi diujung dekat sebuah jendela, jauh dari keramaian agar bisa membaca dengan serius novel yang dibawanya.
hujan membuat wanita yang menggunakan pakaian berwarna coklat, dibalut jaket berwarna hitam itu mengamati langit sekian lama. beberapa kali ia membuka lembaran novel yang sudah ia baca, hingga pada saat menuju halaman terakhir, tatapan matanya berhenti.
ia melipat novelnya, kemudian menutupnya. rasanya ada yang janggal,seperti ada yang memperhatikannya dari kejauhan.
ia melirik sekitar, sepertinya tak ada yang mencurigakan baginya. ia kemudian meneruskan lagi membaca novelnya. lebih kurang 20 menit menunggu, sudah ada panggilan bahwa pesawatnya akan segera berangkat.
ia mengemasi barang-barangnya dan menuju pintu keluar.

diatas pesawat...
ia mengamati lapangan pesawat yang masih basah karena sisa hujan. ia melihat sekitar, tak adakah yang bisa diajaknya mengobrol?
ia membuka bungkus permen coklat dan mengunyahnya sambil mengamati sekeliling lagi.
tampaknya ia sudah curiga,bahwa orang yg tadi mengikutinya dibandara akan tetap mengikutinya didalam pesawat, namun ia tak menemukan pria berkaca mata hitam yang tertangkap mengamatinya ketika ia sedang membaca novel tadi. ia menghabiskan perjalanan jakarta-tokyo yang cukup lama itu dengan tidur untuk menjaga agar ia tidak lelah ketika sampai dinegeri sakura tersebut.
ia tiba dibandara international narita dengan selamat. langkah kakinya menghirup udara jepang rasanya sudah membuat hatinya tenang. sekali lagi, ia merasa ada yang mengikutinya sejak tadi.

dibandara..
"karen!" teriak kedua pasangan dari jarak jauh.
itukah gio dan felic? mereka memang berjanji akan menjemputnya dibandara.
"gi, felic?" iya?
"iya ini kami berdua, mereka mencoba menjelaskan kepada wanita itu."
"maaf aku tidak pakai kacamata, jadi tidak terlalu terlihat jelas."
"iya, tidak apa-apa, akhirnya sampai juga dijepang."
"tapi aku tidak bisa lama, hanya sekitar seminggu saja, liburku telah habis.."
"asalkan senang saja disini,
mereka bertiga meneruskan perjalanan menuju rumah lama Kayren yang terletak disebelaha rumah mereka berdua.
Gio dan Felicia adalah dua sahabat karen yang menikah 2 tahun lalu dan pindah kejepang untuk meneruskan pendidikan mereka dan menetap dijepang,sedangkan kayren memilih untuk pulang ke indonesia karena ia sudah kecewa pada jepang dan masa lalunya.

"selamat datang!" ini rumahmu kata felic sambil membukakan pintu.
"masih tetap dan ya tidak ada yang berubah disini." kayren menapaki lantai rumahnya yang masih licin dan bersih, bahkan perabotannya masih bersih dan tertata dengan baik.
sangat terlihat bahwa felic benar-benar mengurus rumahnya tersebut.
ia membuka pintu kamarnya, desainnya masih sama,kasur berwarna coklat memanggilnya untuk beristirahat.
kalau mau istirahat,kami akan meninggalkanmu, aku pikir kau memang butuh istirahat.

esok harinya...
"ren mau kemana?"  tanya felicia.
"mau jalan-jalan, kamu mau ngantor ya?"
"iya nih, aku sama gio pergi dulu ya."
"yasudah kalian hati-hati yaa" melambaikan tangan dari depan pagar.
kali ini kayren memilih menggunakan dress berwarna pink dan memutuskan untuk berjalan-jalan ditaman sakura didekat gunung fuji.
ia merasa ada yang mengikutinya,sama ketika ia masih berada dibandara.
ia menoleh kebelakang, namun tak ada orang yang mengikutinya,hingga ia memutuskan untuk duduk disebuah restoran dan memesan green tea juga mochi sebagai temannya membaca novel (lagi), tiba-tiba ..
"masih suka pakai dress pink sambil baca novel ya?" tanya seorang lelaki yang duduk didepannya.
"iya, .." ia menutup novelnya dan mendapati bahwa lelaki itu adalah mantan pacarnya yang sudah menghancurkan keinginannya untuk menetap dijepang.
"kenapa melihat ku aneh? bukankah aku masih sama?"
"kenapa datang lagi? apa maumu?" tanya kayren mendadak panas.
"aku hanya ingin menyampaikan sesuatu padamu... mungkin besok didekat taman sakura."
"gunung fuji? untuk apalagi dafa, bukankah kau sudah membuangku jauh-jauh?"
"stop berkata demikian ren, aku punya cukup penjelasan untukmu."
"penjelasan apa lagi? semua sudah selesai fa..kau yang memutuskannya bukan?"
"karna aku punya alasan dan temui aku besok."
lelaki berkemeja itu meninggalkannya. luka lamanya terusik kembali sepertinya ia harus rela sakit hati lagi.

dua hari kemudian..
"akhirnya kamu datang juga.."
"sudahlah jangan banyak basa-basi sebenarnya kau mau apa?"
"aku hanya ingin menjelaskan tentang hubungan kita.."
"hubungan apa lagi?,semuanya sudah ku anggap selesai."
"tidak ren,aku masih mencintaimu"
"mencintaiku? bukankah kau telah memilih bersama vero ketimbang bersamaku?"
"vero? vero mengarang semua cerita selama ini, aku, gio, dan felicia sudah mengetahuinya bahkan vero melakukan ini hanya karna ia ingin melihatmu menderita."
"menderita?"
"iya, ketika kalian sma kau ingat pernah menerima cinta deo?sahabatmu dan vero?"
"iya.." wanita itu terdiam.
"sebab itulah vero merebutku darimu, ia ingin kau merasakan apa yang ia rasakan dulu."
"sebegitu jahatkah ia?"
"ia hanya ingin balas dendam, itu saja ..."
"aku tidak bisa berkata apa-apa lagi.."
"jadi bagaimana keputusanmu?"
"keputusan apa?"
"kembali padaku?"
"akan kupikirkan, nanti temui aku pada pesta lampion ya aku kan jawab pertanyaanmu."

mereka berpisah hingga pesta lampion diadakan.
hati kayren mendadak pilu, hancur berkeping-keping ternyata sahabatnya masih menyimpan dendam dan amarah kepadanya.
"sudah tau semua?" tanya felicia.
"hemm, masih terasa sakitnya, kau mau memaafkan vero?"
"tentu, dimana dia sekarang?"
"dia sudah meninggal karena bunuh diri, ia depresi suaminya selingkuh lagi."
"vero..." wanita itu meneteskan air matanya.
"kami menghindari mengabarimu karena kami tau ku sedang patah saat itu."


bersambung ....



Jumat, 05 April 2013

Corat-coret kebahagiaan diantara 140 karakter

@devyadiw lalu berlari lari,tergopoh gopoh menyusun cerita kita yg tertinggal di ujung sana,dan tersenyum,kita (hampir) menang :')

@larasnindyaa tak apa, luka akan mengingatkanku bahwa aku pernah jatuh ketika mempertahankanmu :)

@devyadiw lantas apakah kau masih mau menulisnya bersama-sama? walaupun kadang luka membuatmu lelah?

@larasnindyaa tidakkah kau penasaran dengan akhir cerita buku ini?

@devyadiw memenuhi buku-buku tanpa perduli sudah berapa banyak uyang ia habiskan demi kita

@larasnindyaa pada setiap cerita yang diukir dengan tawa,dan menjadi rindu dihari selanjutnya

@devyadiw pada setiap luka yang berujung sembuh, setiap pagi yang bersedia membagi cerita pada malam yang menutup semuanya

@larasnindyaa pada setiap cara ajaibmu yang membuat isakan menjadi tawa :")

@devyadiw pada setiap air mata,bukti aku sedang mempertahankanmu dengan caraku :'))

@larasnindyaa pada setiap lengkungan senyum yang tercipta karna perhatianmu padaku :)

@devyadiw pada setiap cerita yang kita tuliskan bersama,hingga kertas sudah hampir penuh dan tinta sudah mulai bosan :))

@larasnindya pada setiap kenangan yang ada tawaku dan tawamu,senyumku dan senyummu :))

aku jatuh cinta pada setiap caramu, yang mengubah rinduku menjadi candu - Laras Nindya Malini-Devya Widhiyanti, kebahagiaan menulis puisi :)

20 Februari 2013 :)



fav on twitter @larasnindyaa in reply to @devyadiw  

Jumat, 29 Maret 2013

Memungut Rasa

sudut-sudut itu masih gelap, lilin yang menyinarinya baru saja padam, tak ada sinar dan tak ada cahaya, gadis itu masih bertahan dalam gelap gulita.
ia mengingat-ingat,sekelumit kejadian-kejadiannya bersama orang yang sekarang masih belum bisa dipastikan perasaannya, ia mengingat sesekali harus menagis,atau bahkan tersenyum.
ia melambungkan ingatannya kemasa beberapa tahun silam, saat ia benar-benar ada dalam fase jatuh cinta,dan saat ia benar benar kehilangan fase tersebut. ia hilang rasa, seperti enggan perduli namun, lebih kepada enggan menyakiti.

kemudian,beberapa menit kemudian lampu itu menyala, gadis itu terbelalak terkejut. ia menoleh kearah kanan, dilihatnya (kekasih) nya menghidupkan lampu dan bertanya:
"kenapa lilinnya dipadamkan sayang?" tanya lelaki itu sambil mengelus kepalanya.
"mati sendiri kok tadi, kok kamu tau aku disini?" tanya gadis itu.
"aku kan punya feeling" ujarnya sambil tertawa.
gadis itu terdiam, ia bingung katakan apa tidak maksudnya. kalau ia mengatakan ingin mengakhiri hubungan mereka, pasti lelaki itu tidak bisa menerima atau bahkan gadis itu tak bisa melihat lelaki itu lagi, walau hanya sebatas teman.
"kamu kok bingung sayang?" tanya lelaki itu, kemudian duduk disampingnya.
"enggak kok, kamu darimana aja?"
"aku? dari rumahlah tadi sengaja mau menemui mu disini" katanya.
"oh ya? terus mau kemana?" tanya gadis itu.
"enggak, disini aja. kamu kenapa seperti ada yang mengganjal".
"aku? baik-baik kok, mau minum apa?" tanya gadis itu
"enggak usah, aku boleh nanya?" ujar lelaki itu membenarkan kacamatanya.
"mau nanya apa sayang? (menarik nafas panjang)"
"kamu masih sayang kan sama aku?" katanya.
gadis itu terdiam, entah apa yg ingin ia ucapkan ia sudah tak tau lagi.
"kenapa nanyanya aneh gitu?" tanyanya.
"kamu berubah".
"berubah gimana? aku masih biasa-biasa ajakan?"
"menurutmu, tidak menurutku".
"lalu kita ingin berdebat? tidak kan?".
"bukan, aku tidak bermaksud berdebat aku hanya ingin tau saja, cukup".
"kau masih meragukanku?" tanya nya sambil menatap dalam-dalam lelaki itu.
"tidak, aku hanya takut ... takut kehilanganmu" ujar lelaki itu.
mata gadis itu berbinar, sepertinya ada yang menggetarkan hatinya untuk menjawab pernyataan itu.
"benarkah? aku juga takut kehilanganmu" katanya menutupi perasaannya.
gadis itu seperti pendusta, bisa-bisanya ia mendustai perasaan-nya sendiri, bisa-bisanya ia bertahan dengan lelaki itu padahal ia tau, ia tak akan sanggup.
"aku pulang dulu ya, nanti aku hubungi kalau sudah sampai" katanya.
"secepat itu?".
"masih ada kerjaan yang belum kuselesaikan" katanya.
"oh, hati-hati ya kamu" gadis itu mengantar lelaki itu keluar, menutup pagar dan masuk kedalam rumah.

perasaannya tidak karuan,seperti jatuh cinta namun enggan, seperti ingin mengakhiri tapi enggan. berselimut dilema,ia menyaksikan dua merpati hinggap didepannya. ia mengamati merpati itu dengan saksama,  betapa saling mencintai mereka, betapa mereka saling membantu. bisakah aku seperti itu? kedua pasang merpati itu tampak mesra, meski salah satu sayap dari seekor merpati itu terluka, tapi pasangannya mampu membantu merpati itu terbang dan jatuh bersama-sama. gadis itu merasa bersalah, kemudian ia mengambil handphonenya dan mengirimkan kalimat

"aku, mungkin pernah tak mencintaimu setidak pengetahuanmu, aku mungkin pernah jatuh cinta pada yang lainnya, bahkan aku mungkin pernah menaruh rasa rinduku pada masalaluku, bukan kamu, mungkin kamu jauh belum mengenalku seperti masalalu mengenalku, mungkin kita belum bisa menjadi seutuhnya kita karena rasa ku yang tertinggal separuh, mungkin aku dan kamu hanya sebagai pasangan yg rasanya utuh secara fisik, bukan bathin. mungkin aku berdosa membohongimu, mungkin kamu akan merasa sakit ketika tau, aku sudah memutuskan untuk berhenti mencintaimu dan merindukanmu.tapi, sekali lagi sayang aku berusaha memungut rasaku yang sudah tercecer entah kemana itu, aku memungutnya demi kamu dan perasaanmu yang terlalu dalam padaku, aku berusaha mencintaimu dicelah-celah rasa ingin berhentiku,kusimpan rasaku untukmu dalam rasaku yang tak pernah kau tau, aku mulai mencintaimu".


ia menunggu balasan berjam-jam, pikirannya sudah menghilang entah kemana,dimana dia? tidakkah melihat pesanku?
gadis itu menitikan air mata, ketika kekasihnya membalas

"aku mencintaimu tanpa sepengetahuanmu, lewat rasa yang kutitipkan pada rindu sedikit-demi sedikit lewat kamu yang selalu menjadi candu, tak perlu khawatir rasaku akan berhenti, sedemikian jauh ini, aku sudah berhasil mencintaimu, sayang."

gadis itu menitikan air mata, ia terharu ada seseorang yg tulus mencintainya tanpa harus dia tau.
ia kecewa, kenapa mata hatinya tak pernah tau, kenapa ia tak pernah bisa membaca?
sudahlah, ia memutuskan untuk mencintai kekasihnya itu tanpa harus memikirkan perasaannya lagi, ia memungut rasa yang tercecer, menapak rindu tanpa pernah lelah.menemukan cinta yang sebenarnya, ya cinta yang tak pernah menuntut mau jadi apa dan tak pernah menuntut dibalas.





Kamis, 14 Maret 2013

Angpao Merah diujung Perlis

"kamu kenapa menyusul kesini? bukannya aku sudah mengirimkan pesan untukmu sayang?" ujarku kepadanya sembari merangkul pundak dan menatapnya dalam-dalam.
"memangnya kamu pernah kirim surat buat aku?" tanya nya kembali kepadaku.
"pernah, aku kirim seminggu sebelum kamu ulang tahun,dengan harapan kamu akan menerimanya saat kamu berulang tahun" kataku padanya, sambil memeluknya erat.
"tidak pernah sampai" ujarnya dengan nada kecewa.
"benarkah?" tanyaku kenapa surat itu tak pernah sampai ..
"sudahlah lupakan, aku ingin mengunjungimu disini sudah tiga bulan kita tak bertemu" ia kembali memelukku erat.
"kau merindukanku?" tanyaku dengan nada penuh harapan.
"jelas aku merindukanmu, sayang ..." ujarnya yang sangat jarang sekali memanggilku dengan kata itu.
"daf, kamu sedang tidak bercanda kan?".
"sejak kapan aku bercanda jika berbicara rindu? ucapnya sambil memegang tanganku dan meyakinkanku betapa ia sedang merindukanku.
"kamu menyusul ku berapa lama? toh aku seminggu lagi pulang".
"hanya 2 hari, besok aku sudah harus kembali kedunia nyata".
"secepat itukah?"
"iya, bukannya kamu seminggu lagi akan kembali ketanah air?".
"iya, tapi kalau tidak ada ujian mendadak ya".
"aku tunggu kamu,kamu cepat pulang ya" melempar senyum dan menarikku dari bangku
"mau kemana kita?" tanyaku.
"padang besar, kamu pasti suka" ucapnya yang sudah benar benar menghafal tempat wisata diperlis
"kamu kok tau?" tanyaku dengan penasaran.
"aku dulu sering kesini sama almarhum mamah, jadi aku lumayan tau daerah sekitar sini".
"kamu ga pernah cerita sama aku" protesku.
"kamunya ga nanya sayang, udah yuk kita kesana" ia menarik tanganku dengan erat.

****
"bagaimana? baguskan?".
"iya, jadi dulu kamu sering kesini?".
"iya waktu mama minta temenin beli cendramata" jawabnya sambil mengingat wajah almarhum mamanya.
"jangan sedih" aku mencoba menenangkan sambil mengelus kepalanya.
"kamu mau ini?" tawarnya sambil menawarkan boneka kecil untukku.
"tidak, aku sedang tidak ingin berbelanja" jawabku.
"kamu mau makan? aku punya tempat bagus".
"dimana?".
"kamu ikut yuk, jangan nanya kita bisa lihat senja disana".
"benar? ada senja disana?".
"untukmu, ada.." ia melempar senyum manisnya, memperhatikan mataku dalam-dalam seakan memberi tahu bahwa ia benar-benar mencintaiku.
aku merasakan rindunya mendekapku, merangkulku dengan bijak, lalu membiarkan aku sesak karena aku sudah lama tak bertemu dengannya, sampai ia rela menyusul ditengah jadwal kuliah yang padat.
"kamu gimana dengan kuliahmu?".
"ah, baik-baik saja kok, sama halnya dengan ada kamu".
"kamu seriuskan?".
"ip aku 4? sudah cukup aku serius belum?".
aku merangkulnya, menghirup aroma parfum yang sudah lama tak kutemukan meskipun aku berusaha memakai parfum yang sama, namun rinduku untuknya tak pernah cukup.
****
"ini dimana sayang?".
"ini namanya kuala perlis, baguskan?".
"indaaah, makasi sayang".
"kamu suka senja, aku tau kamu juga suka laut, jadi disini perpaduan yang tepat bukan?".
"kamu ...." rasanya aku sudah tidak bisa berkata-kata, lelaki ini selalu saja membuat ku bahagia, walau terkadang ia harus melupakanku karena tugas-tugasnya.
"jadi besok kamu pulang ya?" tanyaku sambil menahan air mata.
"iya aku pulang, kamu juga akan pulang nanti, kita akan bertemu kan?"
"iya, tapi aku masih kangen..."
"katanya kamu nggak kangen sama aku..." ia mencoba menggodaku.
"yasudah, kalau begitu aku tidak jadi merindukanmu saja".
tiba-tiba ia memberiku sebatang coklat, kemudian pesanan makanan kami datang dan kami menghabiskannya dibawah senja dan biru laut yang sudah menjadi kemerah-merahan :))
"terimakasih untuk hari ini ya sayang.." ucapku padanya didepan asrama
"sama-sama, besok aku berangkat pukul 7 kamu kuliah ya?"
"iyaaa..." aku menahan tangis melepasnya.
"yasudah, selamat kuliah ya dear kamu juga sebentar lagi akan pulang, masuk gih udah malam, love you..."pesannya sambil memelukku.
"sebenarnya ......." aku tak mau melanjutkan kata-kataku, ah aku ingin menangis saja
"sebenarnya apa?" tanyanya padaku.
"tidak jadi, aku baik-baik aja, well thanks for today sayang, thanks buat ngunjungin aku, terimakasih i love you too" aku merangkulnya dan kami berpisah...



*****
aku membuka pintu kamarku, suasana rapi sudah kutemukan rupanya bibi telah membereskan asrama ku sejak aku pergi tadi.
aku mulai mengemasi barang-barangku, memasukkannya kedalam koper dan menyisakan beberapa barang yang akan kupakai dalam beberapa hari kedepan.
sebenarnya berat meninggalkan kota ini, tapi aku sudah merindukan dafa, mama, papa, semuanya ya aku merindukan indonesia :)
aku selesai membereskan barang-barang dan kamarku terlihat lebih rapi. kemudian aku mencoba mengambil hp dan ya dafa mengirimkan pesan singkatnya.
"kamu baik baik, jangan tidur malam malam besok kuliah, selamat tidur sayang..."
aku tak ingin membalasnya, rinduku belum sempurna dan aku memutuskan untuk menghubunginya besok pagi saja.aku mencuci kaki dan mengganti baju dengan piyama ku, lalu bergegas tidur dan mematikan lampu kamar.
keesokan paginya,aku membalas pesan dafa, aku berharap ia sampai diindonesia dengan selamat dan aku kembali beraktifitas dikampus seperti biasanya.
aku menunggu kabar dafa hingga malam, dan seperti biasa pukul 10 malam dafa baru mengabariku ia sudah sampai sekitar 1 jam yang lalu, aku tenang ia sudah berada disana dan disini tersisa aku dan rinduku.

****
sudah tujuh hari aku berada disini, dan akhirnya aku diperbolehkan pulang karena telah menyelesaikan ujian dan mendapat IP 4 untuk semester ini, ah dafa pasti akan senang ucapku.
aku mencoba menghubungi dafa, dan seperti biasa ia sedang sibuk di lab, dan aku memutuskan untuk pulang tanpa memberi tahu dafa, kupikir aku akan memberi tahunya ketika aku berada diindonesia.aku mengemasi barang-barangku, lalu aku menemukan amplop berwarna merah dikotak surat, aku mengambil dan kemudian membacanya, itu surat dari dafa yang tak pernah kubaca karena aku tak tau, makanya ia panik dan menyusulku, oh inikah sebabnya? aku bahagia ia perduli denganku.
pesawatku sebentar lagi mendarat diindonesia, aku bahagia bertemu dengan semua nya terutama dafa! :)
ketika aku mendarat, dafa ternyata sengaja menungguku dibandara dan menyeretku kesebuah tempat, rupanya ia sedang mempersiapkan kado ulang tahun untukku :))





ini cerpen kedua, silahkan dibaca mohon maaf jika masih ada kekurangan :) 






Sabtu, 09 Maret 2013

Merah

diam.
ia terdiam ketika ditanyai tentang keadaan pacarnya diluar sana.
"bagaimana keadaan pacarmu?" tanya seorang sahabat lamanya yang sudah lama tak ia temui.
"entahlah, tidak ada dia mengabariku sejak seminggu yang lalu" jawabnya tegas namun penuh pilu.
"kenapa? dia sibuk? tanya sahabatnya kembali.
"aku enggak tau"
dia mulai sedih ketika harus ada orang yang bertanya kemana pacarnya itu, padahal mereka satu fakultas namun beda jurusan.
'kenapa harus ada yang bertanya tentang dia? bukankah di sudah lupa tentang aku?' gumamnya dalam hati sembari menahan pedih yang terus menerus menyayat hatinya.
sore itu ia jelajahi, ruangan demi ruangan mengintip-intip apakah ada mahasiswa disaat hari libur?
apakah ada kegiatan dijurusannya?
ia penasaraan ...

ia menuju ruangan dimana sebaris ruangan itu milik jurusan mereka.ia mengintip satu demi satu kelas, namun tak ada yang berpenghuni.
pikirannya melayang ke laboraturium, mungkinkah akan ia temui kekasihnya disana? rindunya sudah berkecamuk kian dalam, ia sudah tak tahan.
secepat mungkin ia pergi ke arah laboraturium, kembali ia temukan bahwa disana sama sekali kosong, tak ada seorang pun yang hadir.
kemudian ia terdiam, duduk disalah satu bangku dipojok laboraturium,memandangi sekitar bahwa hari hampir petang dan ia tak menemukan kekasihnya sejak pagi, dan ia juga tak mendapat kabar tentang kekasihnya. ia cuma ingin bilang, hari ini hari pertama kali mereka bertemu, disalah satu ruangan ketika ada penyuluhan tentang kesehatan, namun lelaki itu tak kunjung memberinya kabar selama seminggu.
kemanakah dia?
tidakkah ia ingat ia punya pacar?
lantas aku? apa yang aku lakukan disini?
setelah hatinya bergumam demikian, ia pergi kearah parkiran.
parkiran itu tampak sepi, hanya beberapa mobil dosen dan mahasiswa jurusannya yang sedang melakukan penelitian, kemudian ia menelaah satu persatu motor yang ada disana, namun tak ia temui motor kekasihnya.pikirannya kian terpuruk, kemudian ia mengambil handphonenya, sudah kah ada kabar dari lelaki itu? gumamnya..
namun ketika ia mengambil handphonenya, ia tak mendapati kabar sedikitpun, air matanya menetes bergantian, membasahi wajahnya yang sudah lelah lahir dan bathin. kemudian ia membereskan air matanya itu, mengambil motornya kemudian menghidupkannya dan bergegas untuk pulang kerumah.

seharian dikampus, membuatnya merasa lelah.
ia tak menemukan lelaki itu.
rindunya kian menyiksa, air matanya mulai mendekapnya.
ia sedih, lara marah semua jadi satu.
ia mengambil handphonenya dan mencoba menelpon kekasihnya namun .....
"nomor yang anda tuju sedang sibuk, cobalah beberapa saat lagi"
ia menumpuk kekesalannya pada sore itu.
kemudian, ia bergegas mandi ia lupa hari ini acara ulang tahunnya yang ke-19.
lelaki itu tak kunjung ada hingga acara selesai, kekecewaanya bertumpuk dan ia hanya bisa menangis.
tiba-tiba salah satu temannya menariknya keluar rumah, kemudian menutup matanya dengan menggunakan slayer, daaaan ...........................................

"happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday happy birthday happy birthday to you"

lagi itu menghiasi hening malam pukul 9, ia tak menyangka akan ada kebahagiaan seindah ini.
temannya membuka matanya, kemudian ia melihat ada tulisan berjejer dalam lilin yang sudah disusun rapi dan lampu halaman rumah yang gelap, diujung sana sudah terlihat lelaki yang ia cari sejak pagi membawa gitar dan menyanyikan lagu kesukaan mereka.
ya, hari itu tak jadi kelabu baginya, lelaki dan rindunya sudah sampai :)

Rabu, 06 Maret 2013

Menanti Rindu, di Balik Sendu

aku mengamati senja,merah merona seperti biasa.
namun senja itu selalu punya cerita.
sore itu senja bercerita, tentang seorang wanita yang lelah menunggu kekasihnya pulang.
seorang wanita itu selalu berceloteh padanya, kapan lelaki yang mengisi sudut-sudut hatinya kembali?
sudah lama, ia tak bertatap muka dengan lelaki itu.
rindunya sudah memuncak,sebentar lagi meluap entah menjadi apa.
andai rindunya bisa ditukar dengan kepulangan lelaki itu, tentu saja ia akan bahagia.
ia menyimpan, menumpuk dan membereskan setiap rindu yang sudah mulai berceceran.
kembali menunggu senja, ia bersenandung sedemikian indah, berharap burung-burung gereja itu mau mendengarkannya sembari memberi tahu dimana lelaki itu.
lelaki yang menyita seluruh waktunya.
lelaki yang menggoreskan luka berkali-kali namun memiliki daya tarik rindu seperti kutub-kutub pada magnet.
"senja, dimana lelaki itu, tidakkah dia merindukanku?"
setiap senja hadir, selalu pertanyaan itu yang ia utarakan.
bukankah ia sudah bertanya berulang kali?
bukankah senja tak pernah tau ingin menjawab apa?
bukankah dia selalu menerka-nerka?
bukankah rindu itu, selalu tidak sampai?

Selasa, 05 Maret 2013

Malam-Malam Penyemat Rindu

malam selalu hadir, seiring rotasi.
menyematkan rindu, kepada calon-calon pemilik rindu yg sudah menanti.
malam, bisakah kau hadir lebih panjang?
agar aku bisa tertidur dalam denting, dibalut dinginmu dan ditemani sepimu?
agar tak ada rindu yang kau sematkan?
agar pagi datang lebih lama dan berlalu lebih cepat?

Sabtu, 23 Februari 2013

Hingga segalanya membuat kita memiliki space . .

kalimat rindu dan sayang dalam pesan singkat itu tak pernah punya spasi.
mereka selalu berdampingan dimana saja mereka diletakkan dalam sebuah pesan singkat.
entah mereka diletakkan ditengah kalimat ataupun diakhir kalimat.
mereka selalu beriringan, tanpa pernah berpisah sedikitpun.
rindusayang akankah kalimat itu masih beriringan dalam jangka waktu yang lama?
akankah kalimat itu tidak akan pudar seiring berjalannya waktu?
akankah kalimat itu tak berakhir sia-sia?
rin du 
sa ya ng
sekarang mereka sudah punya space kan?
mereka sudah tak satu deretan kalimat such rindusayang
mereka bukan kalimat yang bisa mempertemukan lagi dua hati yang selalu terikat.
seperti memiliki magnet.


mereka sekarang memiliki spasi.
jarak mereka sudah tak beraturan.
dimana rindu dan spasi.
mereka sudah tak punya tempat lagi untuk bersama.
ada jarak yg memaksa mereka berjauhan.
entah jarak itu sepanjang apa.
entah jarak itu bagaimana.
intinya jarak itu menjadi space untuk rindu dan sayang yg jarang bertemu lagi.

sudah sekiranya kau hentikan rindumu,pada jarak yang hanya akan membuat mu lelah 
sudah semestinya kau hentikan rindumu, pada jarak panjang yang tak kunjung buntu
pada rindu rindu yang sudah lelah berkelana kemana saja
pada hati yang terluka berkali kali
pada cinta, yang sudah tak punya hak lagi
Laras Nindya Malini-18th

 

Anindyamalini Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template