Rabu, 15 Februari 2017

Satu Desember

Hidup, tidak melulu soal cinta. Kebahagiaan, tidak melulu soal jatuh cinta, atau perasaan yang kita miliki terhadap seseorang terbalaskan. Rasa sedih yang kita rasakan tidak melulu karna patah hati ditinggalkan kekasih, bila kita mau membuka mata, kita akan melihat bagaimana hidup yang sesungguhnya, bagaimana bahagia yang sesungguhnya, begitu berarti.
Saya, belajar dari pengalaman. Beberapa bulan lalu saya dan teman-teman mendapat tugas dari sebuah lembaga untuk mengambil pengumpulan data. Program itu terlaksana selama tujuh hari. Dimana kami, ditugaskan ke beberapa wilayah yang kami sering lewati, tetapi apa? Wilayah yang kami lewati sesungguhnya tidak seperti yang kami lihat, banyak pelajaran yang saya ambil dari pengalaman tujuh hari tersebut.
Pertama, saya ditugaskan ke wilayah A. Wilayah ini cukup terkenal dan mudah dijangkau. Saya mulai mencari rumah-rumah yang pintunya terbuka untuk dilakukan pengambilan data, jujur hanya beberapa rumah saja yang mau menerima kami masuk dan bertanya-tanya seputar tugas kami, bahkan beberapa dari mereka ada yang memberikan kami minum, menawarkan makan dan lain hal yang membuat saya pribadi merasa tersentuh.
Saya berjalan pukul 2 siang, tepat disuatu perumahan yg kami tidak sebutkan namanya, dari duapuluh rumah lebih yang kami hitung hanya ada satu/dua pintu saja yang mempersilahkan kami masuk, sisanya kami hanya dibiarkan memanggil mereka didepan pagar yang tergembok, bahkan ada yang pura-pura tidak mendengar panggilan kami dan ngeloyor begitu saja. Kami pun berlalu, tak ingin membuang waktu kami berpindah wilayah ke wilayah sebelah. Betapa kagetnya saya, ketika kami berada di wilayah sebelah yang pada umumnya mereka hidup biasa-biasa saja, kami diperlakukan sangat baik, baik sekali menurut saya. Atmosfir perbedaan sangat terasa, bagaimana mereka menjawab salam kami, menanyakan keperluan kami, bahkan menumpahkan kekesalan mereka berharap kami mampu menyampaikan ke pihak yang lebih atas, kami benar benar diperlakukan layaknya keluarga mereka, tak jarang kami tak hanya bertanya seputar tugas kami, kami juga membagi cerita kepada mereka. Pelajaran yang saya dapat dihari pertama adalah; jangan melihat seseorang dari status sosial mereka.  

Hari kedua, penelitian di daerah A sudah hampir memenuhi target, hari ini kami turun lebih awal. Hari ini, kami kembali menelusuri beberapa rumah-rumah yang sudah kami tandai sebelumnya, berjalan kaki dengan cuaca yang lumayan panas, mencari rumah yang belum kita datangi. Alhamdulillah, penelitian dihari kedua sudah rampung 75% dan kami berniat melanjutkan penelitian ke daerah B dihari ketiga, hari ini kami pulang lebih awal. Pelajaran dihari kedua; mencari uang tidaklah mudah, kita harus berusaha sekeras mungkin, lebih banyak belajar dan jangan sesekali meremehkan lapangan dan orang-orang disekitar kita karna dari merekalah kita banyak belajar.
Hari ketiga, diwilayah B. Hari ini kami pergi lebih awal, pukul 09.00 kami sudah berada di TKP menyusuri jalan jalan setapak yang hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki (ada beberapa tempat yang bisa dilalui dengan kendaraan bermotor juga). Sampai disebuah gang, gang xx. Awalnya kami melakukan pendataan dengan mendata rumah rumah dan menomori rumah rumah yang ada, kami melihat situasi yang masih kekeluargaan, banyak anak-anak kecil bermain diluar, mamang-mamang bakso, mamang penjual es krim jaman sd, ibu-ibu ngerumpi dibawah pohon, intinya situasi yang jarang kita temui di sekitar tempat tinggal kita. Pelajaran hari ini; bahagia itu benar-benar sederhana.

Hari keempat, setelah dihari ketiga kami melakukan pendataan terhadap warga yang tinggal disana, ada satu pelajaran berharga. Saya menjumpai seorang nenek-nenek mungkin umurnya sekitar 75 tahun atau 80 tahun. Miris, nenek-nenek itu tinggal sendirian dengan kondisi rumah yang sering banjir jika hujan turun, tidak ada saya melihat anak ataupun cucu yang menemani nenek tersebut. Dua hari, terhitung sejak kemarin ketika saya sibuk melakukan pendataan, saya melihat nenek itu hanya duduk dikursi plastik didepan pintu rumahnya, sesekali beliau turun kehalaman membersihkan daun-daun yang jatuh dan membakarnya, sesekali ada tetangga yang mengajaknya ngobrol. Ketika magrib tiba, rumahnya terlihat begitu sepi, rasanya sedih. Harusnya dihari tua beliau tinggal bersama anak dan cucunya, bukannya hidup sendirian, semoga nenek selalu diberi kesehatan, amin. Pelajaran dihari keempat; janganlah kita meninggalkan kedua orang tua kita, apapun kondisi mereka, jika pada saat kita kecil mereka mau membawa kita kemanapun mereka pergi, maka kelak ketika mereka sudah menua, bawalah mereka tinggal bersama dengan kita.

Hari kelima, hari ini penelitian diwilayah A dan B sudah benar-benar hampir selesai. 90% pendataan sudah terselesaia kan. Begitu banyak hikmah yang saya peroleh dari kegiatan ini, bahwasanya hidup tidak selalu semudah yang kita bayangkan, , masih banyak orang diluar sana yang bertahan untuk meneruskan kehidupan mereka. Bahwasannya kebahagiaan bukanlah hanya tentang cinta yang terbalaskan, melainkan mereka yang masih sanggup membawa sebungkus nasi untuk keluarga dirumah. Bahwa kesedihan bukanlah persoalan patah hati atau huru hara kisah-kisah cinta anakk remaja. Jika kita mau membuka mata, maka kita akan melihat lebih jauh tentang kehidupan. Bahwa kita terlalu banyak menuntut kehidupan. belajarlah untuk lebih bersyukur :) 



Jangan lupa bersyukur ya gengs :))
 

Anindyamalini Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template