sudut-sudut itu masih gelap, lilin yang menyinarinya baru saja padam, tak ada sinar dan tak ada cahaya, gadis itu masih bertahan dalam gelap gulita.
ia mengingat-ingat,sekelumit kejadian-kejadiannya bersama orang yang sekarang masih belum bisa dipastikan perasaannya, ia mengingat sesekali harus menagis,atau bahkan tersenyum.
ia melambungkan ingatannya kemasa beberapa tahun silam, saat ia benar-benar ada dalam fase jatuh cinta,dan saat ia benar benar kehilangan fase tersebut. ia hilang rasa, seperti enggan perduli namun, lebih kepada enggan menyakiti.
kemudian,beberapa menit kemudian lampu itu menyala, gadis itu terbelalak terkejut. ia menoleh kearah kanan, dilihatnya (kekasih) nya menghidupkan lampu dan bertanya:
"kenapa lilinnya dipadamkan sayang?" tanya lelaki itu sambil mengelus kepalanya.
"mati sendiri kok tadi, kok kamu tau aku disini?" tanya gadis itu.
"aku kan punya feeling" ujarnya sambil tertawa.
gadis itu terdiam, ia bingung katakan apa tidak maksudnya. kalau ia mengatakan ingin mengakhiri hubungan mereka, pasti lelaki itu tidak bisa menerima atau bahkan gadis itu tak bisa melihat lelaki itu lagi, walau hanya sebatas teman.
"kamu kok bingung sayang?" tanya lelaki itu, kemudian duduk disampingnya.
"enggak kok, kamu darimana aja?"
"aku? dari rumahlah tadi sengaja mau menemui mu disini" katanya.
"oh ya? terus mau kemana?" tanya gadis itu.
"enggak, disini aja. kamu kenapa seperti ada yang mengganjal".
"aku? baik-baik kok, mau minum apa?" tanya gadis itu
"enggak usah, aku boleh nanya?" ujar lelaki itu membenarkan kacamatanya.
"mau nanya apa sayang? (menarik nafas panjang)"
"kamu masih sayang kan sama aku?" katanya.
gadis itu terdiam, entah apa yg ingin ia ucapkan ia sudah tak tau lagi.
"kenapa nanyanya aneh gitu?" tanyanya.
"kamu berubah".
"berubah gimana? aku masih biasa-biasa ajakan?"
"menurutmu, tidak menurutku".
"lalu kita ingin berdebat? tidak kan?".
"bukan, aku tidak bermaksud berdebat aku hanya ingin tau saja, cukup".
"kau masih meragukanku?" tanya nya sambil menatap dalam-dalam lelaki itu.
"tidak, aku hanya takut ... takut kehilanganmu" ujar lelaki itu.
mata gadis itu berbinar, sepertinya ada yang menggetarkan hatinya untuk menjawab pernyataan itu.
"benarkah? aku juga takut kehilanganmu" katanya menutupi perasaannya.
gadis itu seperti pendusta, bisa-bisanya ia mendustai perasaan-nya sendiri, bisa-bisanya ia bertahan dengan lelaki itu padahal ia tau, ia tak akan sanggup.
"aku pulang dulu ya, nanti aku hubungi kalau sudah sampai" katanya.
"secepat itu?".
"masih ada kerjaan yang belum kuselesaikan" katanya.
"oh, hati-hati ya kamu" gadis itu mengantar lelaki itu keluar, menutup pagar dan masuk kedalam rumah.
perasaannya tidak karuan,seperti jatuh cinta namun enggan, seperti ingin mengakhiri tapi enggan. berselimut dilema,ia menyaksikan dua merpati hinggap didepannya. ia mengamati merpati itu dengan saksama, betapa saling mencintai mereka, betapa mereka saling membantu. bisakah aku seperti itu? kedua pasang merpati itu tampak mesra, meski salah satu sayap dari seekor merpati itu terluka, tapi pasangannya mampu membantu merpati itu terbang dan jatuh bersama-sama. gadis itu merasa bersalah, kemudian ia mengambil handphonenya dan mengirimkan kalimat
"aku, mungkin pernah tak mencintaimu setidak pengetahuanmu, aku mungkin pernah jatuh cinta pada yang lainnya, bahkan aku mungkin pernah menaruh rasa rinduku pada masalaluku, bukan kamu, mungkin kamu jauh belum mengenalku seperti masalalu mengenalku, mungkin kita belum bisa menjadi seutuhnya kita karena rasa ku yang tertinggal separuh, mungkin aku dan kamu hanya sebagai pasangan yg rasanya utuh secara fisik, bukan bathin. mungkin aku berdosa membohongimu, mungkin kamu akan merasa sakit ketika tau, aku sudah memutuskan untuk berhenti mencintaimu dan merindukanmu.tapi, sekali lagi sayang aku berusaha memungut rasaku yang sudah tercecer entah kemana itu, aku memungutnya demi kamu dan perasaanmu yang terlalu dalam padaku, aku berusaha mencintaimu dicelah-celah rasa ingin berhentiku,kusimpan rasaku untukmu dalam rasaku yang tak pernah kau tau, aku mulai mencintaimu".
ia menunggu balasan berjam-jam, pikirannya sudah menghilang entah kemana,dimana dia? tidakkah melihat pesanku?
gadis itu menitikan air mata, ketika kekasihnya membalas
"aku mencintaimu tanpa sepengetahuanmu, lewat rasa yang kutitipkan pada rindu sedikit-demi sedikit lewat kamu yang selalu menjadi candu, tak perlu khawatir rasaku akan berhenti, sedemikian jauh ini, aku sudah berhasil mencintaimu, sayang."
gadis itu menitikan air mata, ia terharu ada seseorang yg tulus mencintainya tanpa harus dia tau.
ia kecewa, kenapa mata hatinya tak pernah tau, kenapa ia tak pernah bisa membaca?
sudahlah, ia memutuskan untuk mencintai kekasihnya itu tanpa harus memikirkan perasaannya lagi, ia memungut rasa yang tercecer, menapak rindu tanpa pernah lelah.menemukan cinta yang sebenarnya, ya cinta yang tak pernah menuntut mau jadi apa dan tak pernah menuntut dibalas.