jadi, ceritanya ini bukan cerita tentang kegalauan, atau segala macamnya, well ini posting pertama aku mungkin, tentang kehidupan sosial.
tadi siang, sekitar pukul 14:00 waktu indonesia bagian barat, yang belum berubah hatiku tiba-tiba ... melihat keadaan
dimana, ada seorang lelaki paruh baya, katakan mungkin umurnya sekitar 70-an yang dengan kekeh mengayuh sepedanya hingga berhenti disebuah gerobak yang menjual es tebu siang hari ini.
lelaki paruh baya itu menggunakan celana pendek, berwarna coklat muda yang sedikit sudah robek dibagian bawahnya dan paduan kaos bergaris-garis coklat yang sudah hampir usang bahkan terlihat sudah kotor.
dengan sepedanya, lelaki itu berhenti didepan sebuah gerobak es tebu di depan sebuah sekolah swasta di kawasan ayani siang hari ini.
ia meminta kepada ibu-ibu penjual es tebu untuk membuatkannya segelas es tebu.
"bapak mau berapa gelas?" tanya ibu-ibu penjual es tebu itu
"satu saja bu" sambil mengisyaratkan angka 1 lewat telunjuk tangannya yang sudah mulai keriput itu.
dengan sigap, si ibu penjual es tebu tadi memberikan segelas es tebu itu kepada lelaki yang terlihat sering mengusap keningnya dengan tangan kanannya.
"berapa bu?" tanya nya sekali lagi
"Rp.2000 saja pak" jawab penjual es tebu
kemudian ia mengelurakan uang 2000-an dari kantong plastik hitam yang sengaja disangkutkan di stang sebelah kiri sepedanya. ia menyeruput sedikit es tebu itu setelah membayar es tebu itu, kemudian menepikan sepedanya dan duduk di trotoar untuk beristirahat sebentar.
mungkin ia lelah, entah berapa lama ia duduk ditrotoar sambil menghabiskan es tebunya, dan sesekali mengibaskan topi kearah wajahnya.
ia memperhatikan riuh jalan yang tak kunjung putus, ratusan kendaraan yang hilir-mudik tanpa henti dibawah terik matahari siang ini.
aku memperhatikannya dari kejauhan, ia merapikan kantong hitam yang tergantung disebelah kiri stang sepedanya, dan merapikan kantong putih yang berukuran cukup besar yang ia gantung disebelah kanan stang sepedanya.
lelaki paruh baya itu berdiri, membenarkan posisi topi dan sandal jepitnya, ia kembali mengayuh sepeda tuanya hingga hilang di makan lalu lalang kendaraan yang lewat.
lebih kurang 5 menit lelaki tua itu duduk diatas trotoar, mengamati jalanan dan cuaca yang kurang bersahabat untuk pengguna sepeda sepertinya, kemudian pergi...
tersisa..
aku seorang remaja putri yang tatapan matanya tidak lepas memperhatikan kegiatan lelaki paruh baya itu.
aku mengamatinya, dimulai dari ia membeli segelas es tebu, hingga ia kembali menghilang ditelan padatnya jalanan.
aku masih duduk tenang, diatas sebuah beat hitam yang kuparkir didekat sebuah pohon sambil meneruskan proses menunggu adik bungsuku keluar kelas, masih lengkap dengan almamater dan kerudung berwarna hijau tosca yang kukenakan hari ini.
sesekali aku membuka helm, rasa pusing yang sudah kuderita beberapa hari ini membuatku tidak terlalu mampu meletakan benda berat bernama helm diatas kepalaku, lebih lama.
aku lebih memilih membukanya dan membiarkan kepalaku terasa lebih ringan sedikit.
aku masih menikmati hiruk-pikuk jalanan yang cukup ramai, terik matahari yang hampir redup, dan rasa pusing dikepalaku yang melengkapi siang hari ini.
aku mengeluarkan handphone sejuta umat berwarna putih dari kocek sebelah kanan almamater, membuka uber social yang tak kunjung jalan, bahkan jaringan saja bisa GSM :| ... kecewa.
akhirnya aku putuskan untuk mengupdate PM "karena orang tua rela melakukan apa saja demi kebahagiaan anaknya".
awalnya aku mau mengupdate sesuatu di akun twitter, namuuuuun jaringan sepertinya enggan bersahabat dengan ku siang itu, kebosanan memeluku dengan erat.
aku putuskan untuk memilih bagian aplikasi dari layar berwarna pink bunga-bunga, menekan bagian memopad...dan terbitlah cerita ini. ( Kamis, 30 Mei 2013 - 14:36)
ya, terbitlah sebuah catatan untuk mengisi kebosanan ku hingga pukul 14:45, awalnya aku membaca sebuah novel yang dipinjamkan teman sekampusku, "heart emergency" lalu baru satu halaman aku menutupnya dan mengamati lelaki paruh baya yang sepertinya bisa kujadikan objek menulisku kali ini. jujur saja, jika membahas tentang cinta, rindu dan sahabatnya maka deret entri blog ku akan penuh dengan kalimat-kalimat puitis yang mengalir begitu saja dari jemari-jemari tanganku yang sudah tidak bisa terpisah dengan dunia tulis-menulis. awalnya, aku juga membaca sinopsis naskahku sendiri, dan kututup kemudian kukembalikan kedalam ransel ku dan berlanjut dengan membuat catatan seperti ini. ya, bisa dibilang ini catatan yang jadi hanya dengan waktu 15 menit saja.
petikan pelajaran siang ini, dari seorang lelaki separuh baya yang kuamati adalah..
bahwa peran ayah sangat besar, yang ku amati lelaku itu pekerja serabutan, terlihat bagaimana penampilannya barusan.
peran seorang ayah dalam rumah tangga sangat dibutuhkan, tanpa ayah mungkin anak istri tidak ada yang makan nasi, mungkin mereka tidak makan.
lelaki itu, gambaran betapa besar kasih sayang seorang ayah terhadap keluarganya... ya suddenly aku jadi ingat orang tua ku dirumah.
kembali mengobrak-abrik ingatan bahwa ya, ibu pernah bilang "laras kecil, tidak pernah bisa melihat ada bapak-bapak atau ibu-ibu yang sudah keriput masih jualan" ya seingatku aku akan berlari kedalam kamar, jika mengintip jendela dan mendapati mamang-mamang penjual putunya sudah tua dan bertanya pada nenekku "mbah, yg jual putu udah tua atau masih muda?" jika nenek ku mengatakan sudah tua maka aku dengan spontan akan memanggil penjual putu itu dan membeli walaupun hanya 3-5 butir saja.
sudah seharusnya, mereka beristirahat dirumah, bukannya pergi mencari nafkah.
jadi intinya cerita ini lahir dari tangan jahilnya laras waktu ngisi kebosanan :D