Aku masih duduk dikursi itu,mungkin gadis itu masih berfikir siapa aku? Kenapa aku mendadak menjadi sok kenal pada malam itu. Atau mungkin saja ia berfikir aku sedang mengalami depresi tingkat akut. Dia meninggalkan tempat itu, dengan langkah kaki yang teratur dan aroma yang masih tersisa dibangku itu.
Aku meneruskan kembali pekerjaanku, mulai berteman dengan keyboard laptop dan secangkir kopi yang baru kuseruput setengah cangkir saja. Pikiranku masih melayang-layang mengamati dari dalam ketika perempuan itu sudah mulai menyebrang jalan.
Perempuan itu menghilang, jejaknya sudah tidak berbekas, hanya sisa hujan yang baru saja selesai pada malam itu. Aku mencoba memainkan bola mataku, mengamati sekitar dan memutuskan untuk mengemasi laptop dan menghabiskan setengah cangkir kopi dan pergi dengan terburu-buru. Kuharap, aku tidak kehilangan jejak perempuan itu demi memastikan rasa penasaranku yang mulai berjalan seiringan dengan langkahku.
Aku menyebrang jalanan yang sudah hampir sunyi itu, padahal baru saja pukul 08:00 malam, ah mungkin karena tadi hujan,makanya orang-orang tidak ada yang ingin keluar rumah,hawa dingin terlalu menggoda mereka untuk menetap didalam rumah. Aku hampir lupa dengan misiku, mencari jejak perempuan yang sudah terekam jelas rupanya dikepalaku. Aku berjalan dibarengi langkah-langkah mencari perempuan itu, ia baru saja meninggalkan tempat itu sekitar lima belas menit yang lalu, seharusnya jika ia menunggu bus ia masih ada ditempat ini. Ah, ini seperti mimpiku. Kenapa harus ku alami lagi?
Hanya saja aku sudah tidak bisa menjawab rasa penasaran yang disebabkan oleh alam bawah sadarku. Aku hanya bisa gigit jari, rasa penasaranku berhenti sejenak.