"bagaimana bisa kalian merahasiakannya dariku?"
"ren, maafkan kami, kami mengerti kondisimu saat itu, mungkin kau sudah benci sekali dengan vero"
"aku, .. aku memang benci saat itu, seakan dia mengkhianatiku, tapi......." perempuan itu tidak melanjutkan perkatananya.
"sudahlah semua sudah terjadi, vero sudah pergi ren .."
"lalu bagaimana dengan anaknya? apa lebih baik aku mengurusi anaknya saja?"
"anaknya ada dipanti asuhan diindonesia, ia menitipkannya terlebih dahulu sebelum ia pergi"
wanita itu mengambil tasnya, kemudian bergegas pergi ..
"mau kemana ren?"
"menemui dafa, sebentar.."
"bukankah kau berjanji akan menemuinya nanti malam?"
wanita itu kembali duduk dikursi bambu dan menghela nafas panjang.
"aku akan kembali ke indonesia besok."
"kenapa secepat itu?"
"aku akan pergi kemakam vero,dan mengurusi anaknya."
wanita itu membereskan baju-baju yang berserakan dan menutup kopernya.
"bagaimana dengan dafa?"
"akan kupikirkan setelah ini.."
ia mengetuk-ngetuk jarinya diatas meja, ia begitu cemas, ia bingung apa yang akan ia katakan nanti saat bertemu dengan dafa? hatinya terlalu kaget mendengar ini semua.
"kayren.." sapa dafa diujung sana.
"dafa, sudah lama?"
"tidak, wajahmu sehabis menangis, ada apa?"
"tidak, aku sudah memutuskan akan kembali ke indonesia besok."
"bukankah liburanmu masih seminggu lagi?"
"aku akan mengurusi anak vero, aku merasa berhutang padanya."
"tidak harus mengorbankan kebahagiaanmu bukan?"
"aku sedang tidak mengorbankan kebahagiaanku, hanya saja aku merasa bersalah saat itu."
pria itu memeluk wanita itu, mengelus rambutnya "kamu tidak salah ren, mungkin vero harus pergi dengan cara seperti ini."
"tapi.. andai aku tidak meninggalkannya sendirian saat itu untuk pergi ke ausi menuntut gelarku, mungkin vero tidak akan seperti ini."
"apa yang ingin disesali, dia sudah pergi sadarlah!"
wanita itu menangis,sehingga ia lupa perasaannya yang masih disimpan pada dafa harus segera diungkapkan sebelum ia menyesali segalanya.
"mungkin aku terlalu berlebihan, oh iya kenapa berada disini?"
"aku mendengar kabar bahwa kau akan ke jepang liburan kali ini, makanya aku mengikutimu sejak dibandara dan didalam pesawat."
"jadi pria itu kau?"
"iya itu aku.. aku tidak bisa membiarkanmu sendirian, maka dari itu aku memutuskan untuk mengikutimu, maaf jika kau risih saat itu."
"lalu... bagaimana dengan kita?"
"kita? itu tergantung sama kamu ren, kamu yang merasakan sakit selama ini dan aku tidak bisa memaksamu kembali jika itu hanya membuatmu sakit."
wanita itu menarik nafas panjang..
"jadi begini, aku sudah dua tahun menunggumu berharap aku sendiri bisa lupa bahwa kau pernah ada, tapi aku tidak pernah bisa menghapusmu, fa."
"sama, aku bahkan benci ketika kau harus memutuskan meninggalkanku sendirian disini dan kembali ke indonesia."
"aku hanya punya cara itu, saat itu meneruskan kuliah disana dan pada akhirnya aku akan menetap disana juga."
"aku mengerti, bahkan kau sudah berhasil mewujudkan mimpimu bukan?"
"mimpi apa?"
"menjadi penulis terkenal? itu mimpimu sejak lama, iyakan?"
"ah sudahlah, aku mungkin sedang beruntung."
"jadi besok kau akan kembali?"
"iya, bagaimana denganmu?"
"aku ikut, disana aku akan melamarmu."
"melamar?"
"iya, aku tidak mau kehilangan kamu, kesekian kali lagi ren."
"secepat itukah?"
"aku sudah menunda terlalu lama..."
"kami berangkat ya gi, felic terimakasih atas bantuannya selama ini" pamit mereka berdua dibandara.
"hati-hati kalian, kami menunggu undangan."
mereka melempar senyum dan bergerak menuju pintu keberangkatan.
di indonesia..
"jadi mau langsung kemakam?" tanya dafa
"iya, langsung saja, oh iya punya alamat panti asuhan itu fa?"
"ada, aku masih mengingat jalannya."
mereka berdua menuju makam vero, dengan segala keheningan air mata yang menetes dari sumbernya memecah keheningan siang itu.
"sudahlah jangan disesali lagi"
wanita itu mengambil sapu tangan dan mengusap air matanya.
"sekarang kita kepanti asuhan mau?"
"boleh, tapi hapus dulu air matamu ya ren"
mereka menapaki jalan menuju panti asuhan mengandalkan ingatan dafa.
"disinikah?"
"iya, turun yuk"
setelah berdialog yang cukup panjang dengan pemilik panti asuhn,akhirnya kami berhasil membawa brendha pulang. brendha baru saja berumur 3 tahun dan ia masih belum mengerti apa-apa tentang kepergiaan ibunya yang sangat tragis itu.
kepolosannya membuat kayren tidak tahan menahan bendungan air mata, dan memeluk brendha dengan eratnya.
"terimakasih telah mengizinkan kami membawa anak ini pulang bu."pamit kayren kepada pemilik panti.
"iya sama-sama, jaga dan rawat brendha dengan baik ya." pesan ibu panti.
kami menapaki jalan pulang bersama balita berambut coklat, bermata biru dan berkulit putih itu, sungguh ia menemukan kebahagiaan keluarga kecil disini.
6 bulan kemudian ...
"selamat ya akhirnya kalian menikah juga" felic memeluk wanita itu dengan erat.
"terimakasih ya felic, gio tanpa kalian mungkin kami takkan pernah bertemu."
"sama-sama oh ya mana brendha?"
"itu sedang bersama dafa, dia sudah menganggap kami sebagai orang tuanya."
"brendha itu cantik, semoga nasibnya secantik parasnya ya"
"amiin....."
begitulah kebahagiana yang diraih kayren bersama dafa, pada akhirnya cerita cinta mereka yang sudah dipenggal jarak dan waktu yang begitu lama bertemu kembali dan menuai kebahagiaan yang baru :)
happy reading! :')